Saking semangatnya mencari banyak informasi dari dokter spesialis anak (DSA), Moms justru lupa mau bertanya apa saat sudah bertemu dokter di ruang praktik. Sering mengalami hal ini? Anda tentu tak sendiri, Moms. Pasti banyak orang tua lain yang pernah mengalaminya juga. Anda ingin semua pertanyaan terjawab dalam satu kali konsultasi, tapi juga ingin dokter memeriksa kesehatan anak dengan seksama.
Di lain sisi, dokter anak adalah orang dengan jadwal padat yang selalu didesak antrean pasien. Semuanya butuh perhatian dokter secara maksimal. Untuk mengatasinya, cobalah untuk membangun komunikasi efektif dengan dokter anak Anda. Melansir Parents, berikut beberapa tips untuk membangun komunikasi efektif dengan dokter spesialis anak.
1. Fokus
Saat bertemu langsung dengan dokter anak, cobalah untuk fokus pada satu masalah saja. Ya, jangan membuat dokter bingung dengan menanyakan terlalu banyak topik. Jika Si Kecil sedang bermasalah dengan influenza misalnya, cobalah tanyakan hal-hal seputar influenza saja.
Misalnya, tanyakan pada dokter apa yang harus dilakukan untuk meredakan flu, apa yang harus dihindari, dan bolehkah melakukan vaksin influenza saat anak sedang flu. Jangan melenceng ke topik lain ya, Moms. Dengan begitu dokter bisa fokus memeriksa Si Kecil dengan lebih seksama dan memberikan anjuran yang lebih efektif untuk anak Anda.
2. Komunikatif
Semakin detail informasi yang Anda berikan tentang keluhan dan riwayat penyakit Si Kecil, semakin optimal juga analisis dokter dalam memberikan bantuan untuk Si Kecil. Informasi yang Anda berikan sangat membantu dokter mengenali penyakit anak dan memberikan pengobatan yang tepat lho, Moms.
Misalnya, jika Anda curiga anak sesak napas karena alergi, segera informasikan pada dokter makanan atau hal apa yang berpotensi menjadi alergen, dan adakah riwayat alergi pada anak atau pada Anda dan pasangan. Semakin Anda komunikatif, semakin cepat juga dokter bisa membantu menangani masalah Si Kecil.
3. Percayakan pada Ahlinya
Mungkin sebelum ke dokter, Anda sudah banyak membaca cara mengatasi berbagai keluhan kesehatan anak di internet. Ya, semua informasi memang bisa dicari di Google, tapi Anda harus ingat kalau beda anak beda pula solusinya. Tidak ada satu pengobatan yang pasti cocok diterapkan pada semua anak. Maka cobalah untuk percayakan pengobatan anak pada ahlinya, yaitu dokter spesialis anak.
Jangan memaksa dokter memberikan antibiotik untuk semua penyakit anak, karena tidak semua penyakit sembuh dengan antibiotik lho, Moms. Ketika dokter merasa tidak perlu memberi obat pada anak, percayakan saja dan jalani anjurannya. Kenapa harus minum obat kalau bisa sembuh dengan sendirinya, betul?
4. Pahami Instruksi Dokter
Sebelum meninggalkan ruangan dokter, pastikan Anda telah mengerti instruksi dokter. Misalnya instruksi untuk pemeriksaan laboratorium, panduan minum obat, atau instruksi hal-hal yang boleh dan yang pantang dilakukan saat anak harus melakukan bed rest. Jika dokter menggunakan istilah medis yang tidak Anda mengerti, jangan ragu untuk menanyakan artinya. Tenang, dokter tidak akan pernah memberi Anda label orang tua yang kurang pintar kok, Moms.
5. Jujur
Selain harus jujur dalam memberikan informasi riwayat medis terkait anak dan keluarga, Anda juga boleh untuk terbuka mengenai rasa diburu-buru saat berkonsultasi dengan dokter. Tak ada salahnya untuk mengatakan staf dokter bersikap tidak menyenangkan atau obat yang dokter berikan kurang manjur mengobati Si Kecil.
Dokter yang baik akan berusaha bekerja sama dengan pasien dan keluarganya, demi memberikan pengalaman dan perawatan terbaik untuk kesehatan Si Kecil. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)