Anda mengalami penurunan berat badan yang drastis, disertai mual, muntah, atau perut terasa nyeri dan kembung? Bisa jadi, kondisi itu tersebut menandai adanya kanker kolorektal dalam tubuh Anda.
Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Pada kebanyakan kasus, kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam kolon atau rektum.
Akan tetapi, tak semua polip akan berkembang menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga tergantung kepada jenis polip itu sendiri. Terdapat 2 jenis polip di usus besar, yaitu:
⢠Polip adenoma, jenis polip yang dapat berubah menjadi kanker. Adenoma juga biasa disebut sebagai kondisi prakanker.
⢠Polip hiperplastik, yaitu polip yang sering terjadi dan biasanya tidak akan menjadi kanker.
Selain tergantung pada jenis polip, ada faktor lain bisa memengaruhi perubahan polip menjadi kanker kolorektal, seperti ukuran polip yang lebih dari 1 sentimeter, jumlah polip yang lebih dari 2 di kolon atau rektum, dan ditemukannya displasia (sel abnormal) setelah polip diangkat.
Sel Kanker Vs Sel Normal
Sel abnormal atau sel kanker bisa disebabkan oleh adanya mutasi pada gen. Akibat mutasi tersebut, sel normal berubah menjadi sel kanker. Berikut adalah tiga perbedaan antara sel normal dengan sel kanker:
Sel Normal
⢠Membuat sel saat dibutuhkan. Lalu sel akan mati saat sudah tua atau rusak.
⢠Berhenti ketika sel terlalu dekat dengan sel lain.
⢠Posisinya tetap, sesuai dengan posisinya dalam tubuh.
Sel Kanker
⢠Pertumbuhan di luar kontrol, membentuk tumor sepanjang waktu.
⢠Mengabaikan sel lain dan menginvasi jaringan di dekatnya.
⢠Dapat menyebar ke organ lain dan membentuk tumor baru.
Penyebab Kanker Kolorektal
Seperti telah disebutkan di atas, sel kanker terjadi karena adanya mutasi gen. Akan tetapi penyebab dari mutasi gen hingga menjadi kanker tersebut sering kali tidak diketahui secara pasti. Di sisi lain, sejumlah kondisi disinyalir menjadi faktor risiko terjadinya kanker kolorektal, seperti:
1. Usia. Pertambahan usia ikut meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Faktanya, 90 persen kasus kanker kolorektal dialami oleh orang berusia di atas 50 tahun.
2. Riwayat penyakit. Seseorang yang pernah mengalami penyakit kanker atau polip kolorektal berisiko mengalami kanker kolorektal. Hal yang sama juga bisa terjadi pada seseorang dari keluarga yang pernah mengalami penyakit serupa.
3. Penyakit genetik, seperti sindrom Lynch yang notabene paling sering menyebabkan kanker usus besar.
4. Radang usus
5. Diabetes
6. Gaya hidup, seperti kurang berolahraga, kurang asupan serat, merokok, atau mengalami obesitas, akan meningkatkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
Pengobatan Kanker Kolorektal
Pengobatan untuk kanker kolorektal bisa menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah dengan personalized medicine atau pengobatan yang sesuai dengan karakteristik pasien.
"Setiap individu memiliki variasi uniknya sendiri dari genom manusia, karena kombinasi variasi genetik dan pengaruh lingkungan. Tidak semua variasi genom memengaruhi kondisi kesehatan seseorang, tapi mereka dapat bermanifestasi dalam tanggapan individu yang berbeda terhadap pengobatan dan obat-obatan," demikian dipaparkan oleh Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, dalam virtual media briefing "Apa dan Bagaimana Personalized Medicine dalam Kanker Kolorektal", pada Selasa (26/1/2021).
Dr. dr. Ikhwan Rinaldi juga menyebutkan bahwa obat genomik adalah komponen kunci dari obat yang dipersonalisasi, yang merupakan bidang perawatan kesehatan yang maju dengan cepat, berdasarkan informasi klinis, genetik, genomik, dan lingkungan masing-masing orang yang unik.
Dengan kedokteran genomik, obat yang dipersonalisasi dapat memahami jalur molekul penyakit. Oleh sebab itu, strategi perawatan yang optimal dapat ditetapkan pada tahap paling awal. Selain itu, perawatan medis yang optimal juga dapat dicapai untuk hasil yang lebih baik bagi setiap individu dengan memasukkan perawatan, jenis obat, dosis, dan strategi pencegahan yang sesuai dengan karakteristik pasien. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik, Eugenia).