Saat pandemi memaksa Anda untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah, akibatnya banyak Moms yang mengalami kehamilan tak terencana. Padahal sebaiknya kehamilan terjadi dengan perencanaan yang matang, agar fisik, psikis, dan finansial keluarga pun lebih siap. Ini mungkin terjadi karena banyak Moms yang menunda ke dokter atau bidan untuk berkonsultasi mengenai kontrasepsi.
Kami mengerti, mengunjungi rumah sakit di tengah pandemi memang bukan pilihan yang menarik ya, Moms. Lalu bagaimana dengan jadwal pemasangan kontrasepsi di dokter atau bidan, seperti kontrasepsi IUD atau spiral, implan, dan suntik KB? Bagaimana memilih kontrasepsi yang tepat di tengah pandemi? Simak tanya jawab di bawah ini, yuk!
Amankah memakai kontrasepsi saat pandemi?
Menurut World Health Organization (WHO), semua metode kontrasepsi aman digunakan saat pandemi. Mengutip WHO, "Jika Anda baru memiliki bayi dalam kurun waktu 6 bulan atau memiliki masalah kesehatan, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kanker payudara, atau Anda merokok, mintalah saran dari penyedia kesehatan untuk memastikan metode kontrasepsi yang Anda gunakan sudah tepat dan aman."
Bolehkah pasang IUD atau implan saat pandemi?
"Penyedia layanan Anda mungkin tidak dapat menawarkan layanan ini karena memerlukan kontak langsung. Jika demikian, Anda akan ditawari kontrasepsi oral sementara yang efektif dan pengaturan akan dibuat agar metode yang Anda pilih cocok ketika situasi memungkinkan," ujar Prof. Budi Wiweko, SpOG, pakar kandungan dan kebidanan, sekaligus Ketua ILUNI FKUI 1996 â Ketua Umum Dies Natalis FKUI.
Begitu juga dengan mencopot IUD atau implan. WHO menyebutkan bahwa di tengah pandemi seperti saat ini, melepas IUD atau implan bukanlah prioritas. Menunda pencopotan IUD atau implan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan. WHO juga menekankan agar Anda tidak mencoba untuk melepasnya sendiri ya, Moms.
Bagaimana jika suntikan saya jatuh tempo?
Menurut Prof. Iko, sangat disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan jika suntikan KB Anda telah jatuh tempo. "Penting untuk tidak melewati lebih dari 14 minggu antara suntikan yang Anda dapatkan. Jika tidak memungkinkan, sebaiknya lakukan perjanjian tatap muka untuk injeksi kontrasepsi suntik. Pada saat ini, Anda mungkin ditawari pil KB progestin untuk jangka pendek," jelas Prof. Budi Wiweko yang akrab disapa Prof. Iko, dalam acara Dies Natalis FKUI 2021: Karsa dan Cita untuk Indonesia.
Bagaimana cara ganti kontrasepsi jangka panjang?
Menurut Prof. Iko, beberapa bentuk kontrasepsi jangka panjang yang reversibel sangat mungkin menjadi kontrasepsi yang efektif selama setahun atau lebih daripada yang biasanya direkomendasikan. Hal ini tidak menyebabkan masalah kesehatan jika digunakan lebih lama sehingga Anda mungkin disarankan untuk menunda penggantian untuk sementara waktu.
"Sebagai contoh, IUD copper seperti T dilisensikan selama 10 tahun, tetapi tidak menyebabkan masalah kesehatan jika digunakan lebih lama dan cenderung efektif untuk kontrasepsi hingga 12 tahun," paparnya.
Kontrasepsi hormonal 'ramah' penderita COVID-19?
Prof. Iko menyebutkan kontrasepsi hormonal dapat memberikan keuntungan pada perempuan yang menderita COVID-19. "Adanya estrogen berpotensi memodulasi daya tahan tubuh perempuan, sehingga menjadi menguntungkan bagi pasien COVID-19 perempuan," paparnya. Namun bukan berarti kontrasepsi hormonal dapat menyembuhkan COVID-19 lho, Moms. Jangan disalahartikan, ya. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)