Si Kecil lahir sehat dan tumbuh kembangnya optimal, dua hal tersebut tentu menjadi harapan semua orang tua. Benar kan, Moms? Sayangnya beberapa masalah kesehatan bisa terjadi pada Si Kecil, baik penyakit kongenital (bawaan lahir) atau yang terjadi setelah lahir. Bagi Moms yang memiliki anak laki-laki, kesehatan penis anak juga harus diperhatikan dengan baik, lho!
Ada banyak masalah pada penis yang kerap terjadi pada anak, dan ini perlu ditangani dengan baik. Apa saja masalah kesehatan penis anak? Untuk menjawabnya, kami telah bertanya langsung dengan dr. G. Reinaldi Situmorang, Sp.U, Ph.D - Dokter Spesialis Urologi dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta, yang akrab disapa dr. Aldi. Berikut ini penjelasan dr. Aldi mengenai masalah-masalah penis yang mungkin terjadi pada anak, Moms.
Tanda Penis Anak Normal
Menurut dr. Aldi, ada dua kategori yang harus diperhatikan untuk menyebut penis anak normal atau tidak. Pertama adalah segi fungsional: Pada anak kecil, sisi fungsional tentu saja artinya penis harus bisa digunakan untuk berkemih yang keluarnya di ujung penis.
"Ini artinya anak berkemih mancur ke depan, enggak jatuh di dekat kaki, dan tidak berantakan. Ketika anak sudah puber, diharapkan penis tidak hanya mengantarkan kencing tapi juga sperma. Kalau anak kencingnya ke bawah, bukan di ujung, maka sangat mungkin kelak sperma tidak bisa diantar ke rahim wanita hingga terjadi pembuahan," jelas dr. Aldi saat Instagram Live bersama Novita Angie, Editor in Chief Mother&Baby Indonesia.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah dari segi kosmetik. "Tidak bisa dimungkiri, penis ini punya estetika yang akan memengaruhi kepercayaan diri anak sampai ia dewasa kelak. Dari segi kosmetik tentunya kita punya persepsi masing-masing penis seperti apa yang dianggap normal. Tapi penis normal pastinya bentuknya lurus, dan untuk fungsi sebagai organ seksual maka ketika ereksi harus tegak," papar dr. Aldi.
Masalah Penis yang Sering Terjadi pada Anak
Berikut beberapa masalah yang mungkin terjadi pada penis anak:
1. Kelainan kulup
Penis anak tentunya lahir belum disunat, masih ada kulit kulup yang menutupi kepala penis. Menurut dr. Aldi, semakin besar anak, seharusnya kejadian kulit kulup tidak bisa ditarik ke belakang itu semakin kecil. Jadi jika Moms lihat bayi baru lahir penisnya tertutup kulup sampai rapat, itu tetap terbilang normal.
Dokter Aldi menyarankan untuk mencoba menarik sedikit area kulup anak, tentunya jangan ditarik paksa ya, Moms. "Kalau begitu ditarik bisa kelihatan lubang yang di ujung penis, maka itu normal, bukan fimosis. Kalau sampai rapat tertutup, itu mungkin fimosis. Fimosis pun tidak semuanya perlu dioperasi, enggak semua perlu perhatian khusus," jelas dr. Aldi.
2. Hipospadia
Ini adalah kelainan posisi lubang kencing anak, posisinya tidak di ujung kepala penis. Menurut dr. Aldi, posisi lubang kencing ini bisa sangat bervariasi. "Bisa ada di kepala penis anak tetapi tidak di ujung banget, atau adanya lebih ke bawah bahkan dekat buah zakar. Ini namanya hipospadia, kelainan dari segi lubang kencing," papar beliau.
3. Mikropenis
Ini adalah kondisi di mana penis anak sangat kecil, tetapi strukturnya tidak ada kelainan. Umumnya ini terjadi karena bawaan lahir atau kongenital. Penyebabnya bisa kelainan hormonal, bisa juga karena faktor genetik.
4. Buried Penis
Ketika penis anak kelihatan kecil sekali, tidak selalu anak mengalami mikropenis. "Ini harus dilihat lebih detail, apakah memang penisnya kecil atau mikropenis, atau memang penisnya besar tapi dia 'terkubur' di dalam lemak-lemak perut. Itu sering terjadi, namanya buried penis," jelas dr. Aldi.
5. Penis Bengkok
Seperti yang telah disebutkan dr. Aldi, salah satu ciri penis normal adalah bentuknya lurus, dan jika ereksi bisa berdiri tegak. Jika penis anak bengkok, maka ini bisa menjadi tanda penis anak tidak normal. Umumnya ini terjadi pada anak yang mengalami hipospadia. Jangan ragu atau malu untuk berkonsultasi dengan dokter, karena masalah ini perlu perhatian khusus.
Bingung harus konsultasi ke dokter apa? Dokter Aldi menyebutkan untuk masalah penis anak bisa dikonsultasikan ke dokter anak, dokter urologi, atau dokter bedah. Para pakar tersebut tentu kompeten di bidangnya, bisa membantu Anda, dan bisa memberi rujukan jika dirasa ada spesialisasi lain yang lebih tepat menangani kasus anak Anda. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)