Apakah teman kerja di sebelah meja Anda sedang stres? Jika iya, hati-hati karena stres yang ia alami bisa menular ke Anda! Dilansir melalui Dailymail UK, sebuah penelitian mengungkapkan melihat orang lain yang sedang berada dalam kondisi sulit dapat memicu respons stres dalam tubuh. Efek ini tidak hanya terjadi saat orang tersebut di dekat Anda, tetapi bisa juga terjadi saat melihat pemeran film di dalam televisi sedang mengalami stres.
Para ilmuwan yang ikut serta dalam penelitian ini menyebutkan saat ini stres adalah masalah kesehatan terbesar yang banyak menyerang masyarakat dan mampu menyebabkan banyak masalah psikologis, seperti kelelahan, depresi, dan kecemasan. Bahkan orang yang hidupnya relatif santai dapat merasa stres bila selalu menghadapi lingkungan yang tingkat stresnya tinggi, baik dalam pekerjaan maupun acara televisi.
Pada penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychoneuroendocrinology ini, beberapa orang diminta untuk mengerjakan soal aritmatika dan diwawancara, sementara ada 2 orang bertugas menemaninya. Hasilnya menunjukkan hanya 5 persen dari peserta tes aritmatika dan wawancara yang tetap tenang, sedangkan yang lainnya secara psikologis mengalami peningkatan hormon cortisol.
Secara keseluruhan, hormon cortisol juga meningkat pada 26 persen orang-orang yang menemani selama tes. Peningkatan hormon stres ini lebih tinggi dialami pada orang-orang yang merupakan pasangan peserta ujian, yaitu sekitar 40 persen, dan hanya meningkat 10 persen saat melihat peserta yang tidak dikenal. Sedangkan orang-orang yang melihat tes berlangsung melalui video pun mengalami peningkatan hormon cortisol sebesar 24 persen.
Dokter Veronika Engert, salah satu pemimpin studi dari Max Planck Institute for Cognitive and Brain Sciences di Leipzig, Jerman, menuturkan program televisi juga ikut andil dalam mentransfer stres pada penonton mereka. Ia pun menambahkan stres dapat menjadi masalah jika sudah akut. “Respons hormon stres berevolusi tentu ada tujuannya. Ketika Anda sedang dalam bahaya, tubuh Anda akan merespons melalui peningkatan cortisol. Namun apabila tingkat cortisol secara permanen terus meningkat menjadi tidak baik. Akan ada dampak negatif pada sistem imun ke depannya,“ ujarnya. (Sagar/OCH/Dok. Freedigitalphotos)