FAMILY & LIFESTYLE

Studi Terbaru, Pengaruh Golongan Darah Terhadap Penularan Corona



"Waspada jika Anda memiliki golongan darah A. Pasalnya, pemilik golongan darah ini paling berisiko terinfeksi virus corona". Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan ini, terutama di awal masa pandemi COVID-19.

Berdasarkan studi terdahulu, disebutkan bahwa seseorang dengan golongan darah A paling berisiko tinggi terserang virus corona. Bahkan disebutkan bahwa gejala yang akan dirasakan bakal jauh lebih berat ketimbang pemilik tipe darah lainnya.

Hal ini didukung dengan fakta bahwa pasien yang meninggal saat COVID-19 menyerang China, paling banyak bergolongan darah A. Kabar ini tentunya sempat membuat orang yang memiliki golongan darah A cemas. Namun kini Anda yang memiliki golongan darah A tak perlu khawatir lagi. Berdasarkan penelitian terkini, tak ada hubungan antara golongan darah dengan risiko terinfeksi COVID-19.

Bukan Faktor Risiko

Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan dari Denmark, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Para peneliti tersebut melakukan tinjauan terhadap hampir 108 ribu pasien di tiga negara bagian Amerika Serikat.

Dokter Amesh Adalja dari John Hopkins Center for Health Security, Amerika Serikat, mengatakan bahwa golongan darah tertentu tidak bisa dilabeli sebagai sasaran empuk penyakit COVID-19. Untuk memperjelas, para peneliti yang dipimpin oleh Jeffrey Anderson dari Intermountain Medical Center Heart Institue di Murray, Utah, menganalisis data puluhan ribu pasien. Dari data yang ada, hampir 11.500 dinyatakan positif virus corona dengan tipe darah yang random. Sedangkan sisanya negatif.

Berdasarkan hal itu, disebutkan bahwa jenis darah tidak memainkan peranan penting dalam risiko penularan COVID-19. Pernyataan ini dimuat dalam jurnal JAMA Network Open pada awal April 2021.

Faktor Komorbid

Meski sudah ada berbagai penelitian, hubungan golongan darah dengan risiko penularan COVID-19 memang masih memiliki pro dan kontra. Akan tetapi, satu hal yang disepakati bahwa risiko infeksi virus corona akan meningkat dengan adanya faktor komorbid atau penyakit penyerta.

Di sisi lain, semakin banyak orang yang menerima vaksin COVID-19 dianggap bisa mengurangi risiko penularan penyakit tersebut. Setelah menerima dua kali dosis vaksin, seseorang memang akan memiliki kekebalan lebih terhadap virus corona.

Namun yang perlu diperhatikan, vaksin hanya bersifat meningkatkan kekebalan tubuh sebanyak beberapa persen saja. Bukan berarti seseorang yang telah menerima vaksin akan kebal sepenuhnya terhadap penyakit COVID-19.

Oleh sebab itu, Anda tetap harus menjalankan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak selama masa pandemi belum berakhir. COVID-19 masih ada ya, Moms dan Dads. Yuk, lindungi terus keluarga Anda. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)