Bagi para Moms, waktu 24 jam sehari rasanya tidak pernah cukup untuk mengurus berbagai hal. Terlebih bagi para ibu baru yang sering begadang merawat newborn. Rasa lelah dan kurang tidur pasti sering Anda rasakan, namun jika sudah cukup istirahat tapi selalu merasa masih lelah, Anda harus mewaspadai hipersomnia, Moms.
Sekilas, hipersomnia dan insomnia terdengar mirip dan keduanya sama-sama gangguan tidur. Bedanya, insomnia adalah masalah tidur yang membuat penderitanya sulit tertidur, sedangkan hipersomnia adalah masalah tidur yang membuat penderitanya selalu merasa kurang tidur walau sudah tidur lama.
Hipersomnia sering kali lebih sulit dikenali dibanding insomnia, padahal dampak negatifnya sama-sama merugikan kesehatan tubuh. Untuk mewaspadainya, mari kenali tanda-tanda dan cara mengatasi hipersomnia.
Apa Itu Hipersomnia?
Menurut National Sleep Foundation, hipersomnia adalah kondisi medis untuk menggambarkan kelelahan dan kantuk hebat walau sudah tidur lama. Hipersomnia sendiri dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Hipersomnia primer adalah kondisi neurologis yang terjadi sendiri tanpa sebab yang jelas, sedangkan hipersomnia sekunder terjadi karena ada pemicu medis, seperti mengonsumsi obat-obatan, sindrom kurang tidur, dan atau masalah psikis.
Hipersomnia tidak sama dengan narkolepsi, suatu masalah neurologis yang menyebabkan serangan kantuk mendadak yang tidak bisa dihindari. Pada penderita hipersomnia, baik yang primer maupun sekunder, tidak terjadi serangan kantuk mendadak, dan mereka masih bisa menahan kantuk tersebut walau membuat mereka merasa lelah.
Penyebab Hipersomnia
Penyebab pastinya masih belum diketahui dengan jelas, namun hipersomnia primer bisa disebabkan oleh masalah di sistem otak yang mengontrol fungsi sadar dan tidur. Sedangkan hipersomnia sekunder merupakan hasil dari kondisi ekstrem seperti kurang tidur dan kelelahan berkepanjangan.
Sebagai contoh, sleep apnea (henti napas sejenak saat tidur) bisa menyebabkan hipersomnia karena membuat penderitanya kesulitan bernapas di malam hari. Hal tersebut tentu memaksa seseorang untuk bangun tidur beberapa kali di tengah malam, yang membuatnya bangun di pagi hari dalam keadaan tidak segar dan kurang tidur berkualitas.
Beberapa jenis obat juga bisa menyebabkan hipersomnia, termasuk penggunaan obat jangka panjang dan konsumsi alkohol yang bisa memicu rasa kantuk hebat di siang hari. Kemungkinan lain terjadinya hipersomnia adalah rendahnya fungsi tiroid dan cedera di kepala.
Gejala Hipersomnia
Untuk membedakan mana hipersomnia dan mana rasa kantuk biasa, kenali beberapa gejala hipersomnia berikut ini:
⢠Selalu merasa letih.
⢠Sering tidur siang tapi tidak segar saat bangun tidur.
⢠Sulit dibangunkan setelah tidur dalam waktu lama.
⢠Kurang berenergi.
⢠Mudah cemas berlebih.
⢠Kurang nafsu makan.
⢠Cara bicaranya lamban.
⢠Sulit berpikir cepat.
⢠Sulit mengingat.
⢠Selalu merasa kurang tidur.
Mengatasi Hipersomnia
Cara efektif menangani hipersomnia sangat beragam, tergantung dari penyebab dan pemicu pada setiap individu. Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan yang biasa diberikan untuk mengatasi narkolepsi, termasuk amfetamin, metilfenidat, dan modafinil. Obat-obatan tersebut adalah stimulan yang membantu Anda merasa lebih sadar dan terbebas dari kantuk hebat di siang hari.
Selain pengobatan, perubahan gaya hidup tentu juga menjadi solusi yang sangat efektif melawan hipersomnia. Dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk tidur di waktu yang terjadwal, menghindari beberapa aktivitas yang bisa memunculkan gejala hipersomnia, menghindari alkohol dan narkotika, serta tentu saja mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang untuk mengatur kadar energi secara alami.
Sangat disarankan untuk mencegah hipersomnia berulang dengan menciptakan suasana tidur yang sangat nyaman dan damai. Jangan lupa untuk menghindari kebiasaan begadang yang dapat merusak siklus tidur Anda ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)