TODDLER

Khayalan Tingkat Tinggi, Apakah Magical Thinking pada Anak Wajar?



Apakah Moms pernah dengar tentang magical thinking? Mengutip Healthline, magical thinking merupakan gagasan di mana Anda dapat memengaruhi hasil peristiwa tertentu dengan melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya sama sekali.

Sebenarnya, hal ini tidak benar-benar asing dalam kehidupan kita. Apakah Moms percaya bahwa berjalan di bawah tangga dapat mendatangkan kesialan? Atau Anda selalu yakin bahwa mengenakan pakaian "hoki" akan membuat Anda diterima bekerja? Jika ya, berarti Anda pernah melakukannya.

Namun bisa dibilang, tidak ada masalahnya jika memercayai ritual maupun kepercayaan tertentu. Sayangnya, pada beberapa kasus, magical thinking dapat menandakan kondisi kesehatan mental seseorang. Beberapa contohnya adalah obsessive-compulsive disorder (OCD), gangguan kecemasan, dan skizofrenia.

Lalu, apakah anak kecil juga dapat mengalaminya? Simak penjelasan berikut untuk tahu jawabannya lebih lanjut, Moms.

Termasuk Tahapan Perkembangan

Mengutip tulisan Maureen Ryan di Very Well Family yang diperiksa oleh dr. Sarah Rahal, M.D, ahli neurologi dewasa dan anak, magical thinking dianggap sebagai hal yang wajar dialami oleh anak. Si Kecil mulai mengalami magical thinking selama masa balita.

Dalam kondisi ini, Si Kecil percaya bahwa perilakunya berdampak langsung pada dunia di sekitarnya. Contohnya, Si Kecil mungkin berpikir bahwa makanan hanya terasa enak ketika ia menggunakan sendok birunya, atau memeluk selimut kesayangan dapat melindunginya dari monster saat tidur.

Pasalnya, pada tahapan usia ini Si Kecil mulai menyadari keberadaan dirinya sendiri (self conscious) dan mempelajari sebab-akibat. Hal ini membuatnya menjadi egosentris, sehingga ia mulai memercayai bahwa perilakunya berdampak langsung pada berbagai peristiwa di sekitarnya. Hal ini wajar dan normal terjadi, Moms. Seiring dengan perkembangannya, Si Kecil akan belajar soal empati dan memahami bahwa tidak semua hal terjadi olehnya.

Dampak Baik bagi Pertumbuhan

Pada buku Magic and the Mind: Mechanisms, Functions, and Development of Magical Thinking and Behavior oleh Eugene Subbotsky, dituliskan bahwa magical thinking dapat mendukung kemampuan Si Kecil untuk berpikir kreatif.

Selain itu, magical thinking juga dapat memberikan kenyamanan pada Si Kecil. Magical thinking dapat membantu Si Kecil merasa lebih berkuasa terhadap berbagai hal yang ia takutkan atau hal-hal yang tidak bisa ia prediksi.

Hal ini juga dapat mendorong Si Kecil untuk mengatasi rasa stres yang ia alami. Maka, magical thinking dapat membantunya menjadi sosok yang lebih optimis. Selain itu, kemampuan berpikir ini juga bisa menumbuhkan rasa percaya diri Si Kecil.

Dampak Buruk Secara Umum

Mengutip Very Well Family, magical thinking pada anak bisa membuat anak menghindari rutinitas baru maupun situasi tertentu. Si Kecil juga bisa sering merasa kecewa karena hal-hal yang ia lakukan ternyata tidak selalu bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.

Memecah berbagai kepercayaan ini dapat menjadi tugas yang sulit, karena Si Kecil belum bisa berpikir secara rasional sepenuhnya. Untuk itu, Moms bisa menunggu hingga tiba saatnya Si Kecil mulai melupakan berbagai pemikiran magisnya. Jika magical thinking mulai mengintervensi rutinitas Si Kecil, mulai jadwal sekolah maupun saat tidur, Moms perlu segera cari cara untuk melawan berbagai pemikiran tersebut.

Misalnya, Moms bisa menunjukkan bahwa tayangan favoritnya memang berjadwal setiap Sabtu siang, bukan muncul karena ia berputar-putar sebelum menonton televisi. Moms juga bisa membuat kompromi yang memungkinkan SI Kecil melakukan rutinitasnya terlepas dari magical thinking. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)