FAMILY & LIFESTYLE

Perhatikan 5 Hal Ini saat Anak Terjun ke Dunia Entertainment!



Tidak dapat dimungkiri, bintang film atau artis merupakan salah satu profesi yang paling diminati banyak orang. Penghasilan yang cukup tinggi dan gaya hidup glamor menjadi daya tariknya.

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut tergiur untuk menjadi selebritas. Namun kasus yang terjadi pada Lea Ciarachel Fourneux, artis remaja yang bikin heboh karena perannya sebagai Zahra dalam sinetron Suara Hati Istri, bisa menjadi pelajaran bagi Moms yang buah hatinya ingin terjun ke dunia entertainment.

Nama Lea Ciarachel menjadi sorotan setelah dalam sinetron tersebut memerankan tokoh istri ketiga dari karakter Pak Tirta. Masalahnya, Lea yang saat ini belum genap berusia 15 tahun, harus beradegan layaknya suami istri dengan sang lawan main yang sudah dewasa.

Hal ini tentu saja memicu kontroversi. Pasalnya, Lea dianggap masih berusia di bawah umur untuk melakukan adegan semacam itu. Selain itu, tokohnya sebagai istri ketiga yang masih berusia belia juga dianggap akan memberikan efek negatif terhadap masyarakat dan anak-anak. Alhasil sinetron Suara Hati Istri dianggap mendukung praktek pedofilia atau gangguan seks yang penderitanya memiliki nafsu terhadap anak-anak dan remaja.

Belajar dari kasus yang menimpa Lea Ciarachel Fourneux, Moms perlu memperhatikan beberapa hal apabila ingin buah hatinya terjun ke dunia hiburan dan menjadi artis. Jangan sampai anak Anda tereksploitasi secara negatif dan berdampak buruk pada tumbuh kembangnya.

1. Dampingi Anak

Ya, sangat disarankan agar Moms selalu mendampingi anak yang ingin meniti karier di dunia hiburan. Selain untuk menjaga anak, kehadiran orang tua juga diperlukan dalam mengambil keputusan bagi karier buah hatinya. Orang tua perlu memastikan pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan usia anak, tidak terlalu membebani, serta tidak melanggar hak anak.

Di sisi lain, Moms dan Dads juga jangan langsung tergiur dengan bayaran maupun peluang anak untuk menjadi seorang artis terkenal sehingga tidak memikirkan plus minus pekerjaan yang ditawarkan. Bagaimana pun juga, ada batasan-batasan yang tak boleh dilanggar ketika anak terjun ke dunia hiburan.

2. Jangan Asal Pilih Agensi

Jika anak bergabung dengan agensi tertentu, pastikan agensi tersebut memiliki reputasi yang baik. Dengan kata lain, agensi tersebut hanya menawarkan pekerjaan yang sesuai dengan usia anak dengan bayaran yang juga sesuai. Moms bisa mencari info dari berbagai sumber tentang agensi tersebut sebelum menandatangani kontrak kerja sama.

3. Kenali Karakter Anak

Saat anak terjun ke dunia entertainment, pastikan hal ini memang sudah menjadi keinginannya. Dengan begitu, anak akan lebih menikmati "pekerjaannya". Namun dalam sebagian kasus, anak menjadi artis hanya karena harus memenuhi ambisi orang tua. Hal tersebut akan berdampak tidak baik bagi tumbuh kembang anak. Bentuk pemaksaan semacam itu hanya akan memicu stres dan depresi pada anak.

Moms juga harus memperhatikan karakter Si Kecil. Jangan memaksakan jika memang anak tidak memiliki karakter untuk terjun ke dunia hiburan. Biasanya, anak yang memang berbakat menjadi seorang entertainermemiliki karakter supel, mudah berkomunikasi dengan orang lain, dan ekspresif. Anak yang pendiam dan tidak suka tampil biasanya kurang cocok dengan ketenaran atau atensi publik.

4. Selalu Kedepankan Kepentingan Anak

Uang dan ketenaran memang menggiurkan ya, Moms. Tetapi jangan melupakan kepentingan anak. Boleh saja jika Anda ingin anak terjun ke dunia hiburan. Namun jangan sampai melupakan hak anak, termasuk hak bermain, hak beristirahat dengan cukup, dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Jadi jangan paksa anak untuk menandatangani kontrak bermain di sebuah sinetron, padahal ia ingin fokus menghadapi ujian. Atau anak merasa lelah dan lapar, tapi Moms tetap memaksanya untuk menyelesaikan syuting.

5. Ketahui Risikonya

Terjun ke dunia hiburan memiliki risiko yang berpengaruh pada psikologi anak. Psikoterapis keluarga dan hubungan yang juga menulis buku The Self-Aware Parent, Fran Walfish, Psy. D, mengatakan bahwa ada kemungkinan anak berkembang dengan kepribadian yang salah. Maksudnya, anak bisa saja menerima keyakinan bahwa orang-orang menginginkan kepribadian tertentu yang mana kepribadian itu bisa saja hanya dibutuhkan di depan kamera.

Risiko lainnya adalah jika anak ditempatkan pada ekspektasi tertentu yang justru bakal membebaninya. Bisa jadi anak berpikir bahwa bekerja keras di dunia entertainment merupakan satu-satunya cara untuk menyenangkan hati orang tuanya.

Oleh sebab itu, Moms dan Dads harus terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan anak, termasuk emosinya. Jangan taruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap anak sehingga justru akan memengaruhi kondisi psikologisnya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)