Angka penderita COVID-19 meninggi lagi. Tetapi, bukan hanya penyakit yang disebabkan oleh virus corona tersebut yang perlu diwaspadai Moms, wabah demam berdarah dengue (DBD) juga perlu mendapat perhatian khusus.
Ya, penyakit demam berdarah juga tengah marak terjadi. Bukan hanya orang dewasa, penyakit yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti ini juga menyerang anak-anak.
Gejala DBD
Pada anak, gejala DBD biasanya baru mulai dirasakan sekitar 4-10 hari setelah digigit nyamuk penyebab demam berdarah. Gejala ini bisa berlangsung selama 2-7 hari. Gejala DBD pada anak bisa dikenali dengan demam tinggi hingga mencapai 40 derajat Celsius. Selama fase demam DBD, setidaknya terdapat 2 dari beberapa gejala tambahan sebagai berikut ini:
⢠Sakit kepala yang parah
⢠Nyeri di belakang mata
⢠Nyeri pada tulang, otot, dan sendi
⢠Munculnya ruam atau bintik-bintik merah di sebagian besar tubuh. Biasanya muncul pada hari ketiga
⢠Mual dan muntah
⢠Pembengkakan pada kelenjar.
Pada anak-anak, demam bisa turun selama 1 hari, tapi kemudian naik lagi. Satu hal yang perlu diperhatikan, Moms tak boleh lengah ketika suhu badan anak turun. Pasalnya saat demamnya sedang turun, anak justru memasuki masa kritis karena saat itu ia berisiko mengalami DBD yang berat.
Pada kasus DBD yang berat, gejala pastinya akan memburuk dan bisa berakibat fatal. Ketika Si Kecil memasuki fase DBD berat, maka ia berisiko mengalami kebocoran pembuluh darah, penumpukan cairan pada rongga perut atau paru-paru, dan perdarahan parah. Gejala DBD berat yang perlu Moms waspadai, antara lain:
⢠Sakit perut yang parah
⢠Mual dan muntah secara terus-menerus
⢠Gusi berdarah
⢠Sesak napas
⢠Tangan dan kaki terasa basah serta dingin
⢠Kelelahan dan gelisah.
Demam berdarah bukanlah penyakit yang dapat dipandang sebelah mata. Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini bisa berakibat fatal. Oleh sebab itu, Moms sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila mendapati gejala DBD pada Si Kecil.
Pada tingkatan yang lebih ringan, anak penderita demam berdarah tidak perlu dirawat di rumah sakit. Meski begitu, Moms perlu melakukan pengawasan khusus. Pastikan anak mendapatkan asupan cairan yang cukup serta makanan kaya gizi, terutama protein. Si Kecil juga perlu mendapatkan beristirahat selama masa penyembuhan. Jika tingkat keparahan penyakit DBD sudah mengkhawatirkan, maka Si Kecil perlu mendapatkan perawatan khusus di rumah sakit.
DBD vs COVID-19
Sekilas, gejala DBD dan COVID-19 terlihat mirip. Namun ada beberapa perbedaan yang perlu diketahui, yakni:
1. Penyebab
DBD disebabkan oleh empat virus dengue terkait, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus terutama ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Aedes aegypti yang terinfeksi.
Di sisi lain, COVID-19 merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan virus SARS-CoV-2 atau virus corona. Penyakit ini ditularkan terutama dari orang ke orang melalui droplets yang menyebar saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi DBD berkisar 3-10 hari, biasanya 5-7 hari. Sedangkan masa inkubasi COVID-19 diperkirakan berlangsung hingga 14 hari, dengan rata-rata 4-5 hari dari paparan hingga timbulnya gejala.
3. Gejala ringan
Berbeda dengan gejala DBD yang telah disebutkan di atas, gejala COVID-19 bisa meliputi:
⢠Demam atau menggigil
⢠Batuk
⢠Sesak napas atau kesulitan bernapas
⢠Kelelahan
⢠Nyeri otot atau tubuh
⢠Sakit kepala
⢠Kehilangan kemampuan untuk merasa atau mencium bau
⢠Sakit tenggorokan
⢠Hidung tersumbat atau pilek
⢠Mual dan muntah
⢠Diare.
4. Fase berat
Sementara itu, fase berat COVID-19 mencakup antara lain:
⢠Sesak napas
⢠Hipoksia (kondisi rendahnya kadar oksigen dalam sel dan jaringan tubuh)
⢠Gagal napas
⢠Syok.
Mengingat DBD juga tak kalah berbahaya dibandingkan COVID-19, Moms perlu melakukan langkah pencegahan, seperti mengeringkan genangan air di sekitar rumah, rutin menguras bak mandi dan tempat penampungan air, memasang kawat antinyamuk di jendela, dan menggunakan obat nyamuk sesuai petunjuk. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)