BABY

Kejang Demam pada Bayi, Ini yang Perlu Anda Perhatikan!



Demam yang tinggi pada bayi bisa menyebabkan Si Kecil mengalami kejang. Kondisi ini dikenal dengan istilah kejang demam, kejang yang dipicu oleh demam tinggi dan menyebabkan aktivitas listrik di otak terganggu.

Kejang demam cukup umum terjadi pada bayi dan anak-anak. Penyebabnya, kenaikan suhu tubuh saat demam mengganggu keseimbangan sel otak, sehingga terjadi pelepasan muatan listrik yang menyebar ke jaringan otak. Pada saat itulah otot-otot Si Kecil menjadi kaku yang mengakibatkan tubuhnya mengalami kejang.

Kejang demam sendiri bisa dialami oleh bayi dari usia 5 bulan sampai anak usia 5 tahun. Yang perlu Moms ketahui, toleransi setiap anak terhadap demam tidaklah sama. Ada anak yang sudah mengalami kejang pada suhu 38 derajat Celsius, namun ada juga yang baru kejang jika suhu tubuh mencapai 39 derajat Celsius atau lebih.

Yang perlu diperhatikan saat bayi mengalami kejang demam

Kondisi kejang demam pada anak sendiri bukanlah merupakan gejala epilepsi. Sebagian besar kejang demam tidak menimbulkan masalah serius. Dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat tidak menimbulkan gangguan pada fungsi otak Si Kecil. Namun, untuk mengurangi kecemasan Anda saat Si Kecil mengalami kejang demam, Moms sebaiknya memperhatikan sejumlah hal yang berkaitan dengan kejang demam berikut ini:

• Bayi yang mengalami kejang demam umumnya dimulai dengan peningkatan suhu tubuh.

• Untuk mengetahui apakah Si Kecil terkena demam atau tidak, Moms sebaiknya melakukan pengukuran dengan termometer. Tidak disarankan mengukur suhu tubuh anak hanya dengan menempelkan punggung tangan ke dahi anak.

• Suhu normal anak umumnya berkisar 36-37 derajat Celsius. Bayi Anda bisa dikatakan terkena demam jika suhu tubuhnya diukur melalui termometer yang diletakkan di ketiak mencapai 37,2 derajat Celsius, diukur melalui mulut atau telinga 37,8 derajat Celsius, atau diukur melalui anus 38 derajat Celsius.

• Saat kejang, Si Kecil mengalami kaku pada kaki dan tangannya, disertai dengan gerakan-gerakan mengejut kuat, bola mata mengarah ke atas, dan kadang bayi mengalami muntah.

• Pada beberapa kasus, Si Kecil tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air kecil atau buang air besarnya.

• Setelah kejang, bayi kadang tampak mengantuk.

• Intensitas waktu kejang sangat bervariasi, namun biasanya tidak berlangsung lama, hanya beberapa detik. Jarang sekali ditemukan kejang demam berlangsung lebih dari 5 menit.

• Jika kejang pada Si Kecil berulang dalam waktu 24 jam dan tak kunjung membaik, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Anda juga perlu segera membawa Si Kecil ke dokter bila mengalami beberapa gejala berikut ini:

1. Kejang pertama yang dialami bayi.

2. Kejang berlangsung selama lebih dari 4 menit.

3. Saat kejang, Si Kecil tersedak atau kulitnya membiru.

4. Kejang terjadi sesaat setelah Si Kecil mengalami cedera kepala.

5. Setelah kejang, bayi Anda tidak bisa bernapas dengan normal.

Jangan memberikan kopi pada anak yang kejang

Menurut dr. Yovita Ananta, Sp.A, pemberian kopi kepada anak untuk mencegah kejang bukan merupakan upaya yang tepat. Sampai saat ini, tidak ada bukti ilmiah bahwa pemberian kopi dapat mencegah kejang. Cara untuk mencegah demam pada anak adalah dengan mencari penyebab demam tersebut. Berikan cairan yang cukup bila anak demam. Untuk membantu menurunkan demamnya, kompres seluruh tubuhnya dan bila perlu, berikan obat penurun panas sesuai usia dan dosis yang dianjurkan. (M&B/SW/Dok. Freepik)