FAMILY & LIFESTYLE

Pentingnya Pemeriksaan Kesuburan pada Pria



Masalah terkait kesuburan adalah salah satu tantangan terbesar dalam proses memiliki anak. WHO memperkirakan ada sekitar 50-80 juta pasangan yang memiliki masalah kesuburan. Sedangkan menurut data dari Perhimpunan Fertilisasi In Vitro (PERFITRI) pada tahun 2017, sekitar 1.712 pria dan 2.055 perempuan mengalami masalah kesuburan di Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesuburan tak semata-mata dimiliki oleh kaum perempuan, seperti yang telah dipercaya banyak orang sejak lama. Oleh karena itu, pemeriksaan kesuburan pada pria sangatlah penting. Penasaran? Simak penjelasan lengkapnya berikut, Moms!

Pria umum mengalami masalah reproduksi

Selama ini diskusi seputar kesuburan terlalu difokuskan kepada perempuan. Stigma sosial, tekanan kultural, ekspektasi gender klasik, dan toxic masculinity membuat pembahasan ini menjadi tabu. Padahal infertilitas pada pria termasuk cukup umum terjadi.

Ya, pria juga berpotensi memiliki masalah infertilitas. Sekitar 30-50% kasus infertilitas yang terjadi disebabkan oleh masalah kesuburan pada pria. Sehingga pada pasangan yang sudah lama menikah tapi belum diberikan keturunan, Anda sebaiknya melakukan pemeriksaan lengkap suami dan istri.

Menurut Ramy Abou Ghayda, MD, profesor bidang urologi di University Hospitals di Cleveland, sekitar 30-50% kasus infertilitas melibatkan pria. Maka jika pemeriksaan hanya difokuskan pada perempuan, gangguan reproduksi pada pria tidak akan terdeteksi dan ditangani. Proses pengupayaan kehamilan pun bisa terus terhambat.

"Kita harus mengetahui terlebih dahulu permasalahannya dan jangan hanya fokus kepada istri saja, tetapi suami juga untuk berjuang bersama," tutur Wardah Maulina, selebgram dan penulis yang tergabung dalam Dewi Bocah, yakni komunitas konsumen di Pusat Fertilitas Bocah Indonesia.

Ragam masalah kesuburan pria dan penyebabnya

Menurut dr. Ramy, kesuburan pria merupakan proses yang kompleks. Pemeriksaan dilakukan pada berbagai parameter seperti jumlah, bentuk, struktur, serta pergerakan sperma. Dengan parameter ini bisa ditemukan bahwa masalah kesuburan 90% berkaitan dengan jumlah sperma.

Berbagai parameter ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, seperti umur, stres, penyakit kronik, infeksi dan medikasi, radiasi, gaya hidup, konsumsi rokok dan alkohol, serta pola makan.

Pada pria berumur 30-40 tahun, tingkat kesuburan bisa menurun hingga 52%. Pria berusia di atas 45 tahun cenderung 13 kali membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk bisa membuahi sel telur, dibandingkan dengan pria berusia 25 tahun atau lebih muda.

Selain itu, diabetes, celiac disease, hipertensi, cystic fibrosis, infeksi saluran kemih, dan penyakit seksual menular bisa memengaruhi kesuburan secara negatif. Medikasi supresor imun (immunosuppressant), antidepresi, antikonvulsan, dan antihipertensi juga dapat memengaruhi kesuburan pria. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)