FAMILY & LIFESTYLE

Waspadai Penyebab Kelebihan Sel Darah Putih atau Leukositosis



Ketika tubuh terserang penyakit, sel darah putih atau leukosit adalah 'jagoan' pertama yang akan membantu melawan penyakit tersebut. Kalau begitu, semakin banyak sel darah putih, semakin kuat juga tubuh melawan penyakit? Sayangnya, kelebihan sel darah putih justru berbahaya karena bisa menjadi tanda masalah kesehatan.

Kondisi jumlah sel darah putih di atas normal disebut dengan leukositosis, yang umumnya didiagnosis lewat pemeriksaan darah. Leukositosis bisa dipicu oleh infeksi bakteri atau virus, reaksi alergi, efek obat-obatan tertentu, hingga serangan penyakit seperti kanker. Apa saja bahaya yang mungkin terjadi jika tubuh kelebihan sel darah putih? Ketahui info penting di bawah ini, Moms.

Jumlah normal sel darah putih

Sekarang Moms tahu kalau kelebihan sel darah putih bisa jadi tanda bahaya bagi tubuh. Tapi, berapa sih, jumlah sel darah putih yang dianggap berlebihan? Mengutip WebMD, jumlah sel darah putih yang normal umumnya berkisar antara 4.000 sampai 11.000 per mikroliter darah.

Jika jumlah sel darah putih Anda kurang dari 4.000, maka tubuh Anda kekurangan sel darah putih atau dalam istilah medis disebut dengan leukopenia. Sedangkan jika jumlah sel darah putih Anda lebih dari 11.000 per mikroliter darah, maka Anda disebut leukositosis atau kelebihan sel darah putih.

Sel darah putih sendiri terbagi menjadi 5 jenis, yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Mengutip Healthline, leukosit disebut normal jika terdiri dari 40-60% neutrofil, 20-40% limfosit, 2-8% monosit, 1-4% eosinofil, dan 0,5-1% basofil. Masing-masing jenis leukosit tentu memiliki fungsinya tersendiri bagi kesehatan tubuh.

Penyebab leukositosis

Pada intinya, leukosit atau sel darah putih meningkat jika tubuh terserang penyakit. Jumlah tinggi pada tiap jenis leukosit bisa menyebabkan dan menandakan masalah tersendiri bagi tubuh. Mari ketahui penyebab tingginya jumlah tiap jenis sel darah putih.

1. Neutrofilia

Kelebihan neutrofil disebut dengan neutrofilia, ini adalah jenis leukositosis yang paling sering terjadi. Meningkatnya neutrofil merupakan respons normal sistem imun tubuh pada infeksi, cedera, inflamasi, pengobatan, dan beberapa jenis leukemia.

2. Limfositosis

Masalah meningkatnya kadar limfosit dapat mengindikasikan infeksi virus, seperti tuberkulosis dan COVID-19. Ini juga bisa disebabkan oleh gangguan limfoma dan leukemia atau kanker darah. Limfositosis adalah jenis kelebihan sel darah putih yang juga sering terjadi setelah neutrofilia.

3. Monositosis

Mengutip Medical News Today, meningkatnya monosit mengindikasikan infeksi kronis, gangguan darah, penyakit autoimun, kanker, atau kondisi medis lainnya. Walau lebih sering terjadi karena infeksi virus, monositosis juga bisa terjadi karena infeksi bakteri dan infeksi jamur.

4. Eosinofilia

Kondisi kelebihan eosinofil ini bisa jadi disebabkan oleh reaksi tubuh karena infeksi parasit. Selain itu, paparan alergen juga bisa memicu meningkatnya eosinofilia dan bisa lebih rentan terjadi pada kasus alergi berat seperti anafilaksis. Orang dewasa atau anak yang memiliki asma juga harus ekstra waspada dengan eosinofilia.

5. Basofilia

Umumnya orang yang mengalami basofilia adalah orang dengan riwayat gangguan tiroid yang disebut dengan hipotiroidisme. Selain kemungkinan hipotiroidisme, leukemia dan kanker sumsum tulang juga bisa menjadi penyebab tingginya jumlah basofil dalam tubuh. Walau mungkin terjadi, basofilia adalah jenis leukositosis yang paling jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lainnya.

Waspada sindrom langka!

Salah satu kemungkinan langka yang bisa menyebabkan sel darah putih meningkat adalah sindrom hiper-eosinofilik idiopatik. Ini adalah kondisi di mana jumlah eosinofil meningkat tajam tanpa penyebab yang jelas. Sindrom ini bisa merusak berbagai organ tubuh, seperti jantung, paru, hati, kulit, dan sistem saraf.

Umumnya sindrom ini ditandai dengan penurunan berat badan, demam, keringat dingin di malam hari, mudah lelah, batuk, nyeri dada, sakit perut, ruam kulit, linglung, dan pada kasus yang parah bisa menyebabkan koma. Selalu waspadai tanda-tanda ini ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)