Setiap ibu hamil pasti selalu ingin memastikan janin di perutnya tumbuh optimal dan dalam keadaan sehat, di antaranya dengan mengecek detak jantungnya. Salah satu alat "komunikasi" dengan janin yang sering digunakan untuk memantau detak jantungnya adalah fetal Doppler.
Ini adalah alat medis untuk pemeriksaan kandungan yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Fetal Doppler biasanya digunakan oleh dokter kandungan guna mengevaluasi kondisi janin dan memungkinkan untuk mendengar detak jantung bayi. Ya, alat ini bisa menjadi salah satu momen yang paling dinanti setiap kali kontrol kandungan.
Namun kini sudah banyak dijual fetal Doppler portabel yang memungkinkan Moms untuk mendeteksi sendiri detak jantung janin kapan pun Anda mau. Pertanyaannya, apakah aman menggunakan fetal Doppler sendiri di rumah? Terlebih, frekuensi Moms menggunakan alat ini cukup sering atau bahkan bisa berkali-kali dalam sehari. Simak penjelasannya di bawah ini yuk, Moms!
Fetal Doppler portabel
Apakah fetal Doppler di dokter sama dengan fetal Doppler portabel yang banyak dijual di e-commerce? Tentu saja berbeda, Moms. Peralatan dokter pastinya berkualitas tinggi, sesuai dengan standar medis, akurat, dan telah disetujui oleh berbagai badan kesehatan dan keamanan konsumen.
Berbeda dengan fetal Doppler portabel yang bisa Anda beli online dengan kisaran harga Rp300.000 saja. Fetal Doppler portabel ini tidak memiliki standar medis, tidak akurat, dan mungkin hanya aplikasi biasa yang kemudian dilabeli Doppler.
Banyak produk fetal Doppler yang mengklaim bisa mendeteksi detak jantung janin sejak usia kehamilan 16 minggu, namun ada juga yang bisa sejak 9 minggu. Premis ini sangat menggoda ya, Moms, tak heran jika banyak ibu hamil yang ingin selalu mendengar detak janinnya dengan fetal Doppler. Padahal, stetoskop biasa sudah cukup untuk membantu mendengar detak janin lho, Moms.
Amankah fetal Doppler?
Menggunakan fetal Doppler sendiri di rumah memang menggiurkan, namun sebaiknya tidak sembarangan digunakan! Mengutip BabyCenter, cara kerja fetal Doppler mengirimkan gelombang suara frekuensi tinggi yang menembus lapisan kulit juga sel-sel tubuh ke janin.
Ketika gelombang tersebut bertemu dengan pergerakan, seperti detak jantung janin, maka gelombang itu akan memantul kembali ke alat fetal Doppler. Kemudian alat akan menerjemahkan gerakan tersebut dalam bentuk suara yang diperkencang oleh mesin agar bisa Anda dengar.
Mengutip Healthline,Food and Drug Administration (FDA) AS pada 2014 menyarankan untuk tidak menggunakan fetal Doppler sendiri. Menurut FDA, fetal Doppler hanya boleh digunakan oleh dokter atau tenaga kesehatan, itupun hanya jika dibutuhkan.
Seorangbiomedical engineer dari FDA menegaskan, "Ultrasound dapat perlahan memanaskan sel-sel, yang dalam beberapa kasus juga dapat menghasilkan buih-buih kecil (kavitasi) pada beberapa sel." Bayangkan besarnya dampak yang mungkin terjadi jika fetal Doppler digunakan sendiri di rumah, sering, dan tanpa pantauan dokter.
Waspada salah dengar!
Healthline juga menuliskan artikel pada 2009 dari British Medical Journal mengenai wanita hamil 38 minggu yang anaknya lahir dalam keadaan tak bernyawa. Sebelum melahirkan, wanita tersebut sudah menyadari pergerakan janinnya berkurang, namun ketika menggunakan fetal Doppler sendiri di rumah, ia menemukan detak jantung janin dan tidak berkonsultasi ke dokter.
Kemudian ia melahirkan dan mendapati anaknya lahir tak bernyawa. Besar kemungkinan detak jantung yang ia dengar di fetal Doppler adalah detak jantungnya sendiri atau getaran plasenta, bukan detak jantung janin. Itulah bahaya yang mungkin didapat dari penggunaan fetal Doppler, jika tidak mengindahkan tanda-tanda lainnya dalam memantau kesehatan janin (seperti pemantauan gerak janin).
Selain itu, fetal Doppler juga bisa membuat ibu hamil cemas berlebih jika tidak mendengar detak jantung janin, padahal mungkin penyebabnya karena penggunaan yang kurang tepat, salah posisi alat, atau perubahan posisi janin. Itulah sebabnya akan lebih baik jika tidak menggunakan alat ini secara sendiri ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Pexels)