Moms ingat waktu pertama kali Anda mendapati tanda dua garis biru pada tes kehamilan Anda? Tentu rasanya membahagiakan ya, apalagi bila ini merupakan kehamilan yang ditunggu-tunggu. Kehamilan memang bisa mengubah kehidupan seorang wanita secara tiba-tiba, begitu juga dengan hubungan Anda dan pasangan.
Ketika tahu hamil, Anda dan pasangan pasti sangat bersemangat dan mulai membuat rencana untuk masa depan. Anda berdua mungkin mulai bertanya pada diri sendiri, "Nanti kita akan menjadi orang tua seperti apa, ya?", seperti apa kehidupan keluarga Anda kelak ketika Si Kecil hadir, atau sudah tak sabar ingin mengajak Si Kecil melakukan berbagai aktivitas seru bersama. Tentunya membicarakan hal-hal tersebut sangatlah menyenangkan dan tak akan ada habisnya!
Namun bagaimana bila Anda dan pasangan ternyata harus dihadapkan dengan insiden keguguran? Tentu kita tahu bahwa keguguran adalah pengalaman yang menyakitkan dan emosional, bukan hanya bagi ibu yang mengandung tapi juga bagi pasangannya. Ketika keguguran terjadi, rasanya seolah-olah semua mimpi yang Anda ukir bersama pasangan tentang masa depan tiba-tiba terhenti. Maka tak mengherankan bila keguguran memang bisa memengaruhi hubungan Anda dan pasangan.
Bagaimana keguguran memengaruhi hubungan pasangan suami istri
Setelah terjadi keguguran, Anda dan pasangan biasanya mengalami siklus emosi yang sama, yang sering dikaitkan dengan kesedihan, yaitu penyangkalan, kemarahan, rasa bersalah, perasaan hampa, dan kerinduan.
Dalam menghadapi kehilangan tersebut, beberapa pasangan mungkin akan berusaha bersama untuk menghadapi kenyataan pahit ini. Namun pasangan lain mungkin akan sulit untuk berbagi kesedihan mereka, mengingat setiap pasangan juga memiliki cara yang berbeda saat menangani kehilangan.
Ada pula pasangan yang merasa bahwa mereka tidak dapat saling mendukung satu sama lain dan akhirnya merasa terisolasi serta sendirian. Pasalnya, meski antara keguguran dan beberapa kehilangan lainnya memiliki beberapa kesamaan, namun kehilangan bayi tetap ada perbedaan, terutama dalam hal hubungan pasangan suami istri.
Misalnya, jika pasangan Anda kehilangan orang tua, Anda dapat mengambil peran pendukung selama orang lain berduka. Tetapi setelah kehilangan bayi, Anda berdua akan membutuhkan dukungan. Jika memang Anda berdua tidak dapat saling mendukung, maka Anda perlu menemukan dukungan. Mungkin Anda dan pasangan bisa berkonsultasi dengan praktisi kesehatan seperti psikolog.
Pasalnya ketika Anda dan pasangan bisa menemukan cara untuk berbagi kesedihan dan saling mendukung setelah insiden keguguran ini, Anda berdua mungkin menemukan bahwa kehilangan bisa membawa hubungan Anda menjadi lebih dekat daripada sebelumnya.Â
Saling mendukung satu sama lain usai keguguran
Selain melakukan konseling dengan praktisi kesehatan, cobalah untuk saling memberi ruang dan waktu. Bersiap dan terimalah kesedihan Anda dan penyembuhannya yang mungkin akan memakan waktu lebih lama untuk satu pasangan daripada yang lain. Bicarakan tentang apa yang Anda alami, cobalah untuk lebih terbuka tentang perasaan Anda.
Tak ada salahnya juga untuk mengadakan acara keagamaan untuk mengenang dan mendoakan mendiang Si Kecil, yang mungkin dapat membantu Anda dan pasangan dalam memproses kehilangan dan penyembuhannya. Atau berbagi pada orang tua lain yang pernah mengalami rasa sakit karena keguguran. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)