Tantrum merupakan fenomena yang biasa terjadi pada anak-anak. Secara umum, tantrum dialami oleh Si Kecil yang berusia dari 1 hingga 4 tahun, dan hampir semua balita rasanya pernah mengalami tantrum. Bahkan buat sebagian Moms, anak yang tantrum bukan merupakan pemandangan aneh lagi.
Moms mungkin mengenal tantrum sebagai luapan emosi Si Kecil. Biasanya, tantrum digambarkan dengan perilaku menangis kencang, mengamuk, atau marah-marah pada anak. Meski sering membuat para ibu panik, tantrum juga bisa dijadikan sebagai pengukur dari kekuatan pengembangan karakter pada Si Kecil.
Sekilas, tantrum pada anak memperlihatkan gambaran yang serupa, yaitu tangisan, teriakan, serta amukan. Akan tetapi sesungguhnya, tantrum bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yuk, kenali 2 jenis tantrum dan bagaimana cara menghadapinya, Moms!
1. Tantrum manipulatif
Dari namanya, Moms mungkin sudah bisa menebak bahwa tantrum manipulatif merupakan cara Si Kecil untuk bisa mendapatkan keinginannya. Bisa dibilang, tantrum jenis ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak ketika ia menginginkan sesuatu namun tidak berhasil mendapatkannya. Oleh sebab itu, Si Kecil akan bertingkah sehingga membuat orang tua atau orang lain memenuhi keinginannya.
Perlu diingat, tantrum manipulatif tidak terjadi pada semua anak. Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan. Nah Moms, jangan langsung panik ketika Si Kecil tantrum. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghentikan tantrum pada anak.
Pertama, Moms tentunya perlu membawa anak ke tempat yang lebih tenang, lalu pantau anak dan awasi. Moms juga bisa membiarkan Si Kecil untuk melakukan apa yang ia mau untuk bisa meluapkan emosinya.
Satu hal yang perlu diingat, Moms perlu menguasai emosi ketika menghadapi anak yang sedang tantrum. Ketika Si Kecil sudah mulai tenang, maka Anda bisa memberikan penjelasan kepadanya bahwa tindakannya mengamuk seperti itu tidak bisa diterima. Jangan lupa untuk memberikan pemahaman dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh Si Kecil.
Jika tantrum manipulatif sering terjadi, menurut situs Kids Health, cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengabaikannya. Selain itu, Moms juga bisa mengajak Si Kecil untuk melakukan aktivitas lain yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatiannya. Apabila diperlukan, jangan ragu untuk meminta bantuan ahli seperti psikolog guna mengatasi Si Kecil yang sering melakukan tantrum manipulatif.
2. Tantrum frustrasi
Dalam kebanyakan kasus, tantrum frustrasi terjadi disebabkan anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Biasanya kondisi ini dialami oleh anak-anak yang usianya lebih muda. Anak berusia 18 bulan rentan mengalami tantrum frustrasi akibat merasa kesulitan untuk mengatakan dan mengekspresikan apa yang ia rasakan.
Selain itu, anak bisa mengalami tantrum frustrasi sebagai efek sejumlah faktor, seperti rasa lapar, kelelahan, atau gagal melakukan sesuatu. Saat Si Kecil mengalami tantrum frustrasi, Moms bisa mendekatinya dan membuatnya lebih tenang. Lalu Anda bisa membantu anak untuk menyelesaikan sesuatu yang tidak bisa dilakukannya. Setelah anak tenang, barulah Anda bisa memberikan penjelasan bahwa yang dilakukannya tersebut bukanlah hal yang baik.
Di sisi lain, Anda juga bisa mengajarkan anak untuk sesekali meminta bantuan orang dewasa saat melakukan pekerjaan tertentu. Moms, jangan lupa Anda juga perlu memberikan pujian ketika Si Kecil berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)