Mengasuh anak di tahun-tahun menjelang remaja atau praremaja, yaitu usia 9 sampai 12 tahun, mungkin jadi hal yang cukup menantang buat para orang tua. Di usia ini, anak mengalami perubahan yang menakjubkan, baik secara kognitif, fisik, maupun emosional.
Moms mungkin merasa bahwa Si Kecil begitu cepat tumbuh besar. Anda juga mungkin bingung menghadapi Si Kecil yang tadinya merupakan sosok anak yang manis, tapi seiring memasuki masa praremaja, berubah menjadi anak yang sulit diatur dan mulai memberontak.
Meski agak membingungkan, Moms pasti bisa melewati masa-masa membesarkan anak di usia praremaja yang penuh tantangan ini. Agar memudahkan Anda dalam pengasuhannya, ketahui tanda-tanda anak Anda resmi memasuki usia praremaja, seperti dilansir laman Parents With Confidence, berikut ini, Moms.
Baca juga: Masalah Kulit yang Sering Terjadi pada Anak Praremaja
1. Menarik diri dari orang tuanya
Dulu mungkin makan bersama keluarga adalah hal yang menyenangkan dan paling dinantikan oleh anak Anda. Namun memasuki usia praremaja, jangan heran bila ia lebih memilih untuk makan sendiri dengan alasan agar bisa makan dengan tenang atau makan bersama teman-temannya dan lanjut bermain. Bagaimana anak menarik diri dari Anda dan lebih memilih dekat dengan temannya di usia praremaja ini menjadi langkah baginya untuk mencapai kemandiriannya.
Meski demikian, anak Anda tetap membutuhkan hubungan yang kuat dan penuh kasih sayang dengan orang tuanya. Usahakan untuk tetap memperhatikan minat dan hobinya, sehingga Moms bisa menciptakan waktu yang bermakna dan tetap bisa dekat dengan anak Anda ya, Moms.
2. Emosi anak tidak stabil
Di usia praremaja, anak biasanya mengalami emosi yang tidak stabil, alias naik turun. Hal ini mungkin karena ia juga sedang berada di tahap awal pubertas, di mana pada saat ini hormon mengalir dan terjadi perkembangan otak yang luar biasa.
Karena perkembangan dan konstruksi yang subur dari korteks prefrontal (bagian otak yang berfungsi untuk menjalankan logika, membuat keputusan, dan mengontrol diri) anak Anda, ini membuatnya sering kali tidak bisa mengatur emosinya sendiri.
Untuk menghadapi anak dengan kondisi emosi yang sedang tidak stabil ini, Moms diharapkan bisa tetap tenang dan berkepala dingin. Jangan terbawa dengan emosinya yang naik turun. Anak di usia praremaja yang suasana hatinya suka berubah ini membutuhkan orang tua yang bisa menjadi teladan dalam mengendalikan diri dan mengatur emosi.
3. Terpesona dengan tren yang ada
Karena perkembangan dalam kemampuan kognitifnya, anak Anda mungkin jadi lebih sadar akan pikiran dan gagasan orang lain serta dirinya sendiri. Karena itu, ia semakin senang berkumpul dengan teman sebaya dan lingkungan sosialnya.
Ia juga menyadari bahwa ada banyak ide dan hal baru yang tak ada habisnya untuk dikejar, dan mungkin, ia ingin mencoba semua hal itu. Selama masih wajar, beri anak ruang untuk mengeksplorasi segala hal secara kreatif dan menghormatinya akan sangat mendukung kesejahteraan emosionalnya.
4. Mulai menutup diri
Anak usia praremaja menjadi lebih sadar akan ekspektasi budaya untuk berlaku lebih baik atau buruk. Hal ini sedikit banyak akan membuatnya kewalahan dan insecure, yang pada akhirnya mungkin akan menutup diri dari Anda, orang tuanya.
Bila ia diam, ini bisa mengkhawatirkan dan membingungkan. Namun, Moms selalu bisa mengomunikasikannya dengan terbuka. Ingatlah bahwa anak Anda masih butuh suara dan pendapat dari orang tuanya.
5. Anak kehilangan perspektif
Karena terlalu asyik bergaul dengan teman sebaya dan menyesuaikan diri, anak usia praremaja akan lebih fokus pada dirinya sendiri dan kurang memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
Meski anak tidak tampak kehilangan perspektif, beri ia jenis pengalaman yang akan memperluas pikirannya dan memberikan perspektif yang beragam. Dengan begitu, Moms akan membantu anak Anda untuk memperluas rasa diri dan pandangannya terhadap dunia.
6. Mulai mencari informasi tentang topik dewasa
Suka atau tidak, anak Anda akan segera mendengar dan menghadapi topik-topik seperti seks, akun media sosial, dan menstruasi pertama. Meski Anda mencoba untuk menyangkal hal-hal tersebut, jika anak tidak mendengar tentang hal-hal sulit tersebut dari kita, ia kemungkinan akan beralih bertanya ke teman sebayanya atau internet, dan keduanya merupakan sumber informasi yang belum tentu tepat.
Namun tak perlu bingung, Moms bisa meluangkan waktu untuk mengumpulkan pemikiran dan nilai-nilai Anda sehubungan dengan topik dewasa yang mungkin anak tanyakan. Jelaskan topik ini dengan jelas pada anak, dan beri ia ruang untuk berpikir dan berpendapat tentang topik dewasa tersebut.
Bagaimana Moms, apa anak Anda sudah menunjukkan tanda-tanda di atas? (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: 8photo/Freepik)