Seiring dengan bertambahnya usia, perilaku serta watak anak bisa mengalami perubahan. Hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh didikan orang tua, melainkan juga faktor dari luar, seperti pergaulan dan keinginan anak untuk bisa diterima oleh lingkungannya.
Meski orang tua menerapkan disiplin dan nilai-nilai baik di rumah, ada kalanya anak memperlihatkan sejumlah perilaku yang mungkin dianggap kurang baik. Berikut adalah beberapa masalah perilaku yang kerap dialami anak, terutama saat memasuki fase praremaja.
1. Berbohong
Seperti dilansir dari Verywell Family, ada 3 alasan utama mengapa anak berbohong, yaitu untuk mendapatkan perhatian, untuk menghindar dari masalah, dan agar ia merasa lebih baik. Sebagai orang tua, Anda harus mengetahui terlebih dahulu alasan anak berbohong agar bisa mengambil tindakan yang tepat.
Ketika mengetahui ia berbohong, Anda bisa bertanya, “Apakah hal itu yang sesungguhnya terjadi atau hanya sekadar apa yang kamu harapkan untuk terjadi?” Tidak ada salahnya juga jika Anda memberikan konsekuensi kepada anak karena telah berbohong.
Di sisi lain, Anda juga perlu menanamkan kepada anak betapa pentingnya berkata jujur. Biasakan untuk berkata sebenarnya kepada anak sehingga ia terbiasa melakukan hal yang sama.
Saat anak berani berkata jujur, terutama ketika kejujuran tersebut sesungguhnya bisa berbuntut masalah baginya, Anda bisa memujinya. Katakan kepada anak, “Mama sangat bangga kamu berani berkata jujur dan mengaku telah lupa mengerjakan PR. Malam ini, kamu tetap harus kehilangan waktu menonton televisi. Tapi jangan khawatir, besok kamu bisa tetap menonton acara kesayangan kamu.”
2. Membangkang
Perilaku membangkang bisa bermacam-macam. Ada anak yang bersikap pura-pura tidak mendengar saat Anda memintanya membereskan tempat tidur, dan ada pula yang tak segan berkata “Tidak mau!” saat orang tua menyuruhnya untuk mengganti pakaian saat akan pergi bersama teman-teman.
Jika sikap membangkang itu hanya terjadi sesekali, Anda bisa memberinya peringatan terlebih dahulu, misalnya “Kamu boleh bermain game lagi jika sudah membereskan tempat tidur.” Tetapi apabila peringatan tersebut tak berhasil dan anak tetap menolak melakukan perintah Anda, maka jangan segan untuk mengambil tindakan sebagai bentuk konsekuensi. Dengan adanya konsistensi, maka ia akan belajar untuk langsung mendengarkan Anda tanpa perlu diperintah dua kali.
3. Terlalu banyak screen time
Berkembangnya teknologi dan kebutuhan untuk eksis di dunia maya membuat anak seolah sulit lepas dari gadget. Tak jarang, ia diam-diam menggunakan telepon genggamnya meski Anda sudah membatasi penggunaannya. Saat hal ini terjadi, Anda harus bersikap tegas.
Jauhkan gadget dari jangkauan anak jika memang waktu screen time sudah habis. Di sisi lain, Anda juga harus memberi contoh kepada anak dengan membatasi screen time Anda. Perbanyak waktu untuk berkomunikasi atau melakukan hal-hal yang bisa memperkuat bonding Anda dengan anak.
4. Masalah berkaitan dengan makanan
Perilaku makan berlebihan atau justru makan terlalu sedikit juga bisa terjadi pada anak. Jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa mengganggu kesehatannya. Oleh sebab itu, Anda perlu menerapkan pola hidup sehat di rumah. Beri contoh kepada anak. Anda juga bisa mengajaknya berdiskusi tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat dan tidak menjadikan makanan sebagai pelarian saat anak merasa sedih.
Satu hal yang tak kalah penting, jangan memaksa anak untuk memakan sayuran dengan alasan bahwa sayuran adalah makanan sehat. Kebanyakan anak berpikir, makanan sehat memiliki rasa yang tidak enak. Sebaliknya, perlihatkan betapa enak makanan hasil olahan sayuran. Bagi anak yang makan berlebihan, Anda juga bisa mulai membatasi konsumsi camilannya.
5. Bersikap tidak sopan
Seperti halnya berbohong, ada beberapa hal yang membuat anak bersikap tidak sopan. Ada yang melakukannya karena memang kesal, ada juga anak yang bersikap tidak sopan karena ingin mendapatkan perhatian Anda. Apa pun alasannya, sikap tidak sopan tak boleh dibiarkan. Pastikan anak tahu bahwa perbuatannya tidak baik.
Tetapi, alih-alih langsung memarahi anak, Anda bisa mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Cari tahu mengapa anak bisa bersikap seperti itu. Jika memang anak sering bersikap tidak sopan tanpa alasan, maka Anda bisa mengambil tindakan sebagai konsekuensi atas perbuatannya tersebut.
6. Agresi
Kadang anak juga bisa memperlihatkan perilaku agresi, seperti melempar buku saat frustrasi tak bisa mengerjakan PR atau memukul adiknya karena merasa terganggu. Meski tidak bisa dibiarkan, Anda tetap harus bersikap tenang dan berusaha meredam agresi anak.Saat anak mulai tenang, Anda baru bisa mengajaknya berbicara.
Baca juga: Alasan Anak Suka Melempar Barang dan Cara Menghadapinya
Jika diperlukan, Anda bisa menawarkan untuk membantu mencari solusi dari permasalahan yang membuat anak marah. Di sisi lain, Anda tetap perlu memberi anak konsekuensi atas perbuatannya. Apabila agresi anak terjadi secara terus-menerus dan tidak bisa diatasi, Anda disarankan untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: CookieStudio/Freepik)