FAMILY & LIFESTYLE

Cairan "Ajaib" Itu Bernama ASI



Setiap tetes yang keluar dari dalam tubuhku itulah yang selalu dirindukan anakku, Alrazi. Aku ingat dulu begitu Razi pertama kali menghirup udara dunia, aku frustasi karena si cairan ajaib belum keluar dari tempatnya. Aku tak berputus asa. Aku ingat betapa pahitnya air perasan daun pepaya yang kuminum demi untuk memperbanyak produksi si cairan ajaib. Dan memang ajaib, karena akhirnya si cairan ajaib bisa kuhasilkan dan Razi pun tak rewel lagi.

Aku sebut dia ajaib, karena seperti yang semua ibu sudah tahu, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari ASI. Sebenarnya, di luar itu, ada yang jauh lebih berharga lagi yang bisa dihasilkan dari si cairan ajaib, yaitu ikatan batin. Bagaimana tidak, aku begitu menikmati tatkala Razi menghisap si cairan ajaib dari tubuhku. Binar matanya yang murni dan tanpa dosa langsung menyelusup ke relung hatiku yang paling dalam. Tanpa banyak bicara,tanpa
banyak kata, dalam pandang kami pun saling berucap kata cinta. Kurasa itu cukup menjawab mengapa selama setahun lamanya aku bertahan untuk tidak cepat-cepat menurunkan berat badanku agar kembali ke bentuk sebelumnya. Itu karena si cairan ajaib. Karena Razi. Karena binar matanya yang tanpa dosa. Aku ingin berlama-lama tenggelam dalam sanubari anakku sambil berharap cairan ajaib itu kelak akan menguatkan tubuhnya, mencerdaskan otaknya, dan membuat ia kelak selalu hormat dan sayang pada Mamanya.

Masih 5 bulan tersisa waktu kita bercengkrama bersama cairan ajaib, Nak. Doakan Mama selalu sehat agar tepat di usiamu 2 tahun, Mama sudah menunaikan tugas untuk memberimu si cairan ajaib, dan tentu saja setelahnya mengemban tugas lainnya yaitu membesarkanmu menjadi anak yang bisa menghargai perempuan sampai tak terbatas waktu.

(IntanNuraini/foto:FreeDigitalPhotos)