FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, CIMI



Pengalaman mengASIhi yang tidak mudah membuat dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, CIMI (33) memiliki keinginan untuk mempelajari lebih banyak soal laktasi dan mengabdikan dirinya sebagai konselor laktasi. Memori indah menyusui Si Kecil yang tak terlupakan juga coba ia abadikan dalam bentuk perhiasan cantik dari ASI.


Menyusui adalah momen indah yang tak terlupakan bagi setiap ibu. Meski tak selalu mudah, semangat menyusui harus tetap dimiliki, seperti dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, CIMI, dokter umum dan konselor laktasi yang berusaha tetap mengASIhi Si Kecil, seberat apa pun tantangan yang dihadapinya saat memberikan cairan ajaib ini untuk sang buah hati.

Dari pengalaman menyusui yang tidak mudah, istri seorang wiraswasta, Darwin Liemanto (40), ini mendedikasikan hidupnya sebagai konselor laktasi. Memberi semangat dan edukasi seputar laktasi bagi sesama perempuan saat menyusui, itu tujuan mulianya. Tak hanya itu, kecintaan ibu dari Cecille Bernadette Lourdes Liemanto (5) dan Claire Maria Abigail Liemanto (4) pada dunia laktasi juga ia tuangkan dalam bentuk karya indah yang memiliki daya jual tinggi, perhiasan ASI.

Bertepatan dengan perayaan Pekan ASI Sedunia kali ini, M&B berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan dr. Margaret Mutiaratirta Sugondo, CIMI, yang juga menjadi Mom of the Month Agustus 2022. Mulai dari mengenal lebih jauh tentang profesi konselor laktasi, bagaimana ia menjalani bisnis perhiasan ASI, perannya sebagai ibu, hingga mengetahui rahasia keberhasilan menyusui. Simak selengkapnya ya, Moms!

Kenapa Anda memilih berprofesi sebagai konselor laktasi?

Konselor laktasi sebenarnya merupakan profesi yang sudah lama ada, namun dulu di Indonesia mungkin belum tren profesi ini. Mengapa saya akhirnya memilih berkarier sebagai konselor laktasi, karena awalnya saya mau mengambil sekolah spesialis. Namun karena saat itu saya sudah punya dua anak, sepertinya agak sulit untuk meninggalkan mereka. Saya pun mencari minat lain dan kebetulan karena saya memiliki pengalaman kesulitan saat menyusui, akhirnya saya semakin ingin belajar tentang laktasi dan menjadi konselor laktasi hingga kini.

Apa saja tugas seorang konselor laktasi?

Konselor laktasi bertugas untuk memberikan edukasi seputar menyusui pada calon ibu sebelum melahirkan, mulai dari menginformasikan manfaat menyusui, apa saja hal yang akan dihadapi saat awal kelahiran, dan memberi tahu informasi lainnya seputar proses laktasi.

Saat memberikan edukasi seputar laktasi, kami berharap bila calon ibu bisa didampingi keluarga, entah itu suami, ibu atau ibu mertua, atau mungkin perawat, sehingga semuanya bisa mendukung ibu saat menyusui anaknya. Support system harus memiliki pengetahuan yang sama tentang laktasi, bagaimana prosesnya, serta pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD).

Apa tantangan yang dihadapi sebagai konselor laktasi?

Tantangannya saat memberikan edukasi seputar laktasi itu sendiri. Sebagai konselor laktasi, kami ingin promote kegiatan menyusuinya, bukan hanya soal produksi ASI. Kami ingin para ibu dapat menyusui anaknya secara langsung atau direct breastfeeding, bukan malah fokus pada memompa ASI saja. Jadi jangan sampai mereka terlalu cepat mengenalkan dot atau empeng pada Si Kecil.

Kami ingin para ibu mempertahankan proses menyusuinya, jangan diganggu dulu dengan alat menyusui yang menggantikan puting payudara ibu. Karena kalau anak sudah terbiasa menggunakan nipple silicon, nantinya ia akan terbiasa dan tahunya dapat makan dari dot. Pada dasarnya mekanisme mengisap payudara dan menggunakan dot itu kan berbeda. Tapi nyatanya memberikan pemahaman tersebut tidak mudah ya, apalagi di zaman sekarang sudah banyak iklan-iklan yang memang menyasar ibu dan bayi.

Apa saja salah kaprah yang sering terjadi saat menyusui?

Di hari-hari awal melahirkan, di mana bayi sering menangis atau rewel, tak sedikit ibu menyusui menganggap hal tersebut dikarenakan ASI mereka kurang. Padahal bayi yang baru lahir memang sering menangis, karena jadwal tidurnya belum teratur dan mereka menyusunya small frequent feeding, menyusu sedikit tapi sering. Para ibu menyusui ini mungkin belum paham bahwa sebenarnya itu adalah mekanisme bayi untuk memperbanyak produksi ASI ibunya dengan minum ASI lebih banyak, karena kembali lagi prinsip ASI kan supply by demand.

Selain itu, banyak ibu juga hanya fokus pada produksi ASI, padahal kegiatan menyusuinya juga penting. Perlu diketahui bahwa produksi ASI akan mengikuti dengan sendirinya. Kalau ibu menyusui hanya fokus pada hasil pompa saja akhirnya nanti capek sendiri dan membuat mereka menyusuinya tidak lama. Sedangkan bila kita fokus pada kegiatan menyusui, nanti menyusuinya bisa lebih panjang, bisa sampai anak berusia 3-4 tahun.

Hal lainnya juga yang mungkin belum dipahami ibu menyusui adalah penggunaan pompa ASI yang belum tentu cocok dengan payudara. Setelah melahirkan, banyak yang langsung membeli alat pompa ASI. Padahal tak sedikit juga ibu menyusui yang pakai pompa ASI, tapi hasil pompanya hanya sedikit. Hal ini bisa disebabkan karena tidak cocok dengan pompa ASI, salah memasang spare part, atau salah memainkan cycle atau pressure pump-nya. Akhirnya karena fokus pada hasil pompa bukan pada kegiatan menyusuinya, supply by demand-nya akan mengikuti hasil pompaan. Inilah yang benar-benar membuat ASI jadi berkurang.

“Jangan bilang badan kita jadi rontok kalau menyusui, justru kita jadi bisa lebih happy dan sehat.”

Bagaimana seharusnya peran support system saat ibu menyusui?

Support system perlu memberikan dukungan penuh pada ibu menyusui. Terutama saat ibu menyusui mulai khawatir tentang produksi ASI-nya. Mereka harus menjelaskan dan mendukung para ibu untuk terus berusaha tetap menyusui, jangan malah langsung menyarankan untuk memberikan susu formula untuk bayi. Jadi memang harus ada kerja sama.

Sebaiknya setiap pasangan juga harus menentukan goals mereka terkait menyusui ini. Misalnya soal cara memberikan ASI, apakah memilih exclusive pumping atau menyusui langsung (direct breastfeeding). Kalau memilih menyusui langsung, antisipasi juga bahwa memang di hari-hari awal menyusui bayi bisa sangat membingungkan. Apalagi untuk orang tua baru yang tidak tahu kelakuan bayi baru lahir itu seperti apa.

Selain memberikan dukungan, pasangan juga bisa membantu pekerjaan ibu, sesederhana menggantikan popok Si Kecil, misalnya, atau memberi pijatan pada ibu. Sementara ibu atau ibu mertua dari ibu menyusui juga bisa memberi support, namun tetap biarkan ibu menyusuinya sendiri yang menentukan soal keputusan menyusui tersebut.

Bagaimana pengalaman Anda menyusui Si Kecil?

Berprofesi sebagai konselor laktasi tak lantas membuat saya memiliki pengalaman menyusui yang mudah. Saat menyusui anak pertama, saya sudah mengalami puting lecet, mastitis, sampai ASI tersumbat. Karena itu saya lebih empati pada ibu menyusui bila mereka memiliki keluhan yang sama. Saya jadi flashback, betapa desparate-nya saya waktu mengalami payudara bengkak, rasanya ingin nangis.

Belum lagi di awal-awal melahirkan, ASI saya hanya keluar sedikit. Karena saat itu saya belum mengerti banyak, jadinya main pompa-pompa ASI saja. Pas melihat hasil pompa sedikit, saya pun stres. Jadi memang tantangan menyusui itu biasanya di hari-hari pertama kita melahirkan. Karenanya penting untuk melakukan konseling seputar menyusui sebelum bayi lahir.

“Saat kita tetap melanjutkan menyusui anak di usia-usia tantrum, maka akan menjadi lebih mudah juga menenangkan mereka dengan menyusui.”

Katanya Anda menyusui Si Kecil lebih dari 2 tahun, mengapa demikian?

Menurut saya pribadi, menyusui itu bukan hanya sekadar memberikan nutrisi bagi anak. Saat proses menyusui, secara tidak langsung tercipta bonding atau koneksi antara ibu dan anak, sehingga membuat keduanya jadi dekat. Anak pun cenderung lebih jadi penurut kalau ibunya minta tolong atau melarang sesuatu.

Selain itu, bila kita masih menyusui mereka saat usianya 2 sampai 3 tahun, di mana ini juga merupakan usia-usia tantrum, maka akan menjadi lebih mudah menenangkannya dengan menyusui. Bahkan tidak ada satu pun literatur yang menyebutkan ada efek negatif atau membahayakan bila kita tetap melanjutkan kegiatan menyusui (meski anak sudah berusia di atas 2 tahun).

Plusnya lagi, kita masih memberikan imunitas ke anak, karena ASI satu-satunya makanan yang ada faktor imunnya atau zat-zat aktif untuk sistem imun mereka. Jadi, saya tetap lanjutkan. Berapa pun jumlah ASI yang keluar pasti ada manfaatnya.

Lebih sulit menghadapi masa menyusui atau saat Si Kecil MPASI?

Tantangannya beda-beda dan keduanya sulit. Ada dramanya masing-masing, ya. Kalau saya sendiri saat MPASI anak pertama juga mengalami tuh, yang namanya anak buang-buang makanan dan gerakan tutup mulut (GTM).

Nah, mulai MPASI anak kedua, saya ambil kursus konselor MPASI dan benar-benar diajarkan bagaimana cara mengatur menu makanannya, tekstur MPASI seperti apa, jadwal makannya, dan feeding rules. Saya coba terapkan semuanya, tetapi memang tidak bisa ideal 100% ya, tapi paling tidak kita ada panduannya. Ketika dijalani semuanya, akhirnya saya menikmati sendiri hasilnya, anak saya jadi tidak susah makan. Meski memang tetap ada saat-saat di mana mereka tidak mau makan, tetapi tidak membuat saya sampai stres.

Bila bisa menilai diri sendiri, Anda sosok ibu yang seperti apa?

Untuk saat ini, sebagai ibu, saya bukan ibu yang ambisius soal pendidikan anak. Bagi saya nomor satu adalah kesehatan anak dulu. Bagaimana pun pola makan yang diterapkan pada Si Kecil nanti juga akan membentuk bagaimana mereka ke depannya.

Saya juga adalah ibu yang mementingkan kedekatan dengan anak-anak. Bagi saya penting sekali untuk membangun connection dengan anak-anak. Karena suatu saat anak akan lepas dari kita, jadi di usia-usia awal Si Kecil kita harus membangun bonding dengan mereka, sehingga harapannya nanti mereka masih bisa tetap dekat dengan kita.

“Saya bukan ibu yang ambisius soal pendidikan anak. Bagi saya nomor satu adalah kesehatan anak dulu.”

Selain menjadi konselor laktasi, Anda juga menjalani bisnis breastmilk jewelry, apa itu?

Breastmilk jewelry merupakan perhiasan yang terbuat dari ASI. Di luar negeri, breastmilk jewelry ini sudah ada, tapi tidak banyak dan hanya kalangan tertentu yang tahu. Mungkin dianggap aneh dan menggelikan ya, batu perhiasan dari ASI. Tapi untuk para ibu menyusui yang tahu bagaimana struggling-nya mereka menyusui, ini bisa menjadi sesuatu yang emosional untuk mereka, karena juga bisa dijadikan kenang-kenangan yang bisa mereka pakai sampai anaknya besar, dan bahkan mungkin bisa mereka wariskan ke anaknya.

Awal saya berbisnis ini karena saya juga ingin memiliki perhiasan dari ASI. Tapi saat itu karena harus dikirim ke luar negeri dan saya juga concern dengan ketahanan ASI dan hal lainnya, akhirnya saya mencoba untuk membuatnya sendiri. Proses membuatnya tidak sebentar dan saya coba pakai dulu untuk pribadi, untuk cari tahu ketahanannya. Sampai akhirnya teman-teman saya tertarik dan minta dibuatkan juga. Akhirnya, seiring berjalannya waktu, terbentuklah Jewel by Lactants dan Mammary. Jadi nanti customer mengirimkan ASI-nya ke kami, lalu nanti diproses, dan dibuat menjadi perhiasan atau batu ASI. Tidak hanya menggunakan ASI, kami juga bisa memasukkan tali pusat, rambut, atau kuku dalam perhiasan tersebut.

Apa tantangan menjalani bisnis?

Tantangannya mungkin soal membagi waktu. Sejak berbinis, tentu me time jadi berkurang. Kalau dulu sebelum menjalankan bisnis paling saya hanya membagi waktu untuk praktik dan waktu untuk anak-anak. Tapi karena sekarang menjalani bisnis, jadi harus dipikirkan semuanya. Apalagi bila kita menjalankan small bussines ya, di awal kita sebagai founder harus melakukan semuanya sendiri.

Lalu bagaimana membagi waktu antara pekerjaan, bisnis, dan keluarga?

Prioritas utama saya tetap anak-anak. Walaupun saya tahu dan bila saya ambisius, bisnis yang saya jalani ini bisa lebih dikembangkan. Tapi kembali lagi, anak-anak tidak mungkin saya tinggal. Jadi untuk saat ini saya hanya praktik di rumah sakit 3 kali dalam seminggu dengan durasi dua hingga tiga jam. Selebihnya saya masih bisa work from home (WFH) untuk mengurus bisnis jewelry ini.

Apa manfaat mengASIhi yang perlu para ibu tahu?

Dengan mengASIhi, Moms jadi lebih happy dan sehat. Karena selain bayi mendapat keuntungan dari ASI, semakin lama kita menyusui, maka risiko kita terkena kanker payudara dan ovarium turun hampir 30%. Risiko penyakit-penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, juga turun dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Jadi jangan bilang badan kita rontok kalau menyusui, justru kita jadi bisa lebih sehat.

Apa kunci keberhasilan mengASIhi?

Kunci utamanya adalah ibu harus diedukasi terlebih dahulu seputar laktasi sebelum punya anak. Carilah ilmu dari sumber tepercaya, karena informasi yang beredar di media sosial belum diketahui pasti kebenarannya. Kedua, pastikan ibu memiliki support system yang baik, karena dukungan dari support system bisa mendukung keberhasilan ibu menyusui anaknya. Nah, yang juga tidak kalah penting adalah support dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan justru lini pertama sebenarnya, mulai dari dokter obgyn, bidan atau perawat, dokter anak, dan konselor laktasi.

Selain itu, hal yang juga ibu tidak boleh lupa saat mengASIhi, usahakan jangan terlalu fokus pada produksi ASI-nya saja, fokuslah juga pada kegiatan menyusuinya, karena menyusui itu bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan bayi, tapi pada mentalnya juga, serta berpengaruh pada bonding kita dengan anak. Tak hanya itu, insting kita sebagai ibu juga lebih kuat bila menyusui anaknya, terutama di hari-hari awal menyusui. Jadi ingat, direct breastfeeding atau menyusui langsung, its more than just about nutrition, its more than that.

“Direct breastfeeding atau menyusui langsung its more than just about nutrition, its more than that.”

(M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Insan Obi/Digital Imaging: Bagus Ragamanyu Herlambang/Hairdo: @imoefendi/Location: The Dharmawangsa Jakarta)