FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Pruritus, Masalah Kulit Gatal yang Sering Dialami Lansia



Orang lanjut usia tak hanya mengalami penurunan fungsi organ tubuh. Mereka juga sering kali mengalami masalah dengan kulitnya. Pruritus (kulit gatal) dan xerosis (kulit kering) merupakan masalah kulit yang kerap terjadi pada lansia. Meskipun begitu, kondisi ini nyatanya sering diabaikan karena dianggap sebagai hal yang wajar dialami lansia.

Padahal, kulit gatal dan kulit kering bisa menjadi awal penyakit yang lebih berbahaya atau bahkan menjadi tanda seseorang menderita penyakit tertentu, lho!

Kulit kering kerap membuat tekstur kulit menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mempermudah bakteri masuk ke dalam tubuh. Kulit kering juga bisa berujung pada pruritus.

Menurut dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia, saat Virtual Media Briefing dengan tema “Jangan sampai Pruritus dan Kulit Kering menurunkan kualitas hidup usia lanjut”, secara medis, keluhan kulit gatal dan kering pada pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja. Namun, jauh lebih penting untuk mencari sumber penyakit yang mendasarinya.

Masalah kulit kering pada lansia

Dalam kesempatan yang sama, dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi dan Venereologi, menyatakan, “Xerosis (kulit kering) dapat terjadi pada wanita maupun pria, dan lansia memiliki risiko lebih tinggi. Kulit kering ini memiliki tekstur kulit yang kasar, bersisik, pecah- pecah, dan dapat disertai dengan keluhan gatal.”

Sebuah penelitian di salah satu fasilitas kesehatan di Perancis melaporkan bahwa sekitar 56% pasien berusia lebih dari 65 tahun mengalami xerosis dan sekitar 9% menderita xerosis derajat sedang-berat. Insiden dan keparahan kulit kering meningkat sesuai dengan pertambahan usia.

Ada banyak faktor yang memengaruhi masalah kulit pada lansia, baik faktor genetik, internal, maupun eksternal. Faktor internal misalnya lapisan lemak yang berkurang pada kulit lansia dan penyakit penyerta lain seperti diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit hati, infeksi, dan riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.

“Sementara faktor eksternal dari pengaruh lingkungan dan gaya hidup juga sangat berperan dalam timbulnya kulit kering, seperti stres, paparan sinar matahari yang lama, penggunaan air conditioner, perubahan musim dan kelembapan, kebiasaan mandi yang lama, penggunaan sabun yang bersifat iritatif, dan asupan cairan yang kurang,” tutur dr. Amel.

Kulit kering bisa sebabkan pruritus

Kulit yang sangat kering bisa menyebabkan retakan/pecahan yang dalam, yang dapat terbuka dan berdarah, memberikan jalan bagi bakteri untuk masuk dan menyerang tubuh. Selain itu, kulit kering juga merupakan penyebab utama terjadinya pruritus (kulit gatal).

Menurut dr. Yustin Sumito, Sp.KK, Spesialis Kulit dan Kelamin, pruritus yang dalam bahasa awam dikenal dengan istilah “gatal” didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.

“Secara umum, pruritus sebenarnya bisa dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari”, jelas dr. Yustin. Pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.

Salah satu faktor risiko pruritus adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Di AS, misalnya, sebuah studi menunjukkan lebih dari 7 juta pasien rawat jalan melaporkan gejala pruritus setiap tahunnya di mana 1,8 juta (25%) di antaranya merupakan pasien berusia 65 tahun ke atas.

Terkait faktor risiko, selain karena usia, seseorang bisa tambah berisiko mengalami pruritus jika memiliki alergi; memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes; sedang hamil; atau sedang menjalani dialisis.

Jika tidak ditangani dengan tepat, pruritus bisa mengganggu kualitas hidup penderitanya, seperti mengganggu tidur dan bahkan menyebabkan kecemasan hingga depresi.

Karena itu, jangan anggap remeh bila ada orang tua atau kerabat Anda yang sudah lansia dan memiliki keluhan kulit gatal dan kulit kering ya, Moms. Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan benar. (M&B/SW/Foto: Tescka1/Freepik)