Gagal jantung merupakan kondisi ketika otot jantung tidak berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dengan normal. Ketika hal ini terjadi, darah tidak bisa mengalir lancar dan terjadi penumpukan darah pada anggota tubuh yang lain, seperti tangan, kaki, atau paru-paru hingga menyebabkan sesak napas.
Gagal jantung bisa bersifat akut berjangka pendek atau kronis berkelanjutan. Pada gagal jantung akut, gejalanya muncul tiba-tiba tetapi hilang dalam waktu cukup cepat. Kondisi ini sering terjadi setelah serangan jantung. Namun, pada gagal jantung kronis, gejalanya terus-menerus dan tidak membaik seiring waktu. Sebagian besar kasus gagal jantung bersifat kronis.
Siapa yang lebih rentan mengalami gagal jantung, pria atau wanita?
Gagal jantung sendiri bisa dialami siapa pun, baik pria maupun wanita. Namun, penyakit ini tercatat lebih didominasi pria. Fakta tersebut terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Menurut dr. Rarsari Soerarso, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), sebanyak 81% pria mengalami gagal jantung, dan sisanya adalah wanita.
Kenapa pria lebih rentan terkena gagal jantung? “Memang laki-laki secara hormonal berbeda dari perempuan. Dan beban juga lebih berat daripada perempuan. Jadi ada penelitian mengatakan bahwa secara anatomis, psikologis, dan sosial, pria memang lebih berat,” jelasnya pada Selasa (8/11/2022).
Penyebab gagal jantung
“Penyebab gagal jantung terbanyak kalau di RS Harapan Kita itu yang pertama koroner dan kedua baru hipertensi,” beber dr. Rarsari.
Selain itu, faktor lain yang juga bisa menyebabkan gagal jantung adalah kardiomiopati atau kondisi akibat kelainan pada otot jantung, aritmia atau gangguan yang terjadi pada irama jantung, kerusakan pada katup jantung, penyakit jantung bawaan, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan sleep apnea atau gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali.
Ciri-ciri gagal jantung
Dijelaskan oleh dr. Rarsari, beberapa ciri gagal jantung yang bisa dikenali adalah sesak napas saat istirahat atau beraktivitas, kelelahan luar biasa, napas pendek, detak jantung cepat, tidak nafsu makan, batuk dan bersin setiap saat, kenaikan berat badan secara drastis, serta sering buang air kecil di malam hari.
“Biaya gagal jantung itu besar banget dan banyak orang yang enggak tahu kalau dia sudah mengarah ke gagal jantung. Dia juga akan sering bolak balik dirawat,” tutur dr. Rarsari. Berdasarkan data I-HEFCARD, 17,2% pasien gagal jantung di Indonesia meninggal saat perawatan rumah sakit, 11,3% meninggal dalam satu tahun perawatan, dan 17% mengalami rawat inap berulang.
Meskipun begitu, dr. Rarsari menjelaskan bahwa saat ini sudah ada banyak pilihan untuk pengobatan gagal jantung. Yang paling utama adalah melakukan kontrol ketat atas obat dan gaya hidup serta pemantauan yang cermat.
Seiring dengan perkembangan kondisi pasien, dokter juga bisa menawarkan pilihan pengobatan lebih lanjut. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk seperti menurunkan risiko kematian dan kebutuhan rawat inap, meredakan gejala, serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya. (M&B/SW/Foto: Freepik)