Awas, penyakit campak sedang mewabah! Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bahkan sudah menyatakan campak sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Per tanggal 18 Januari 2023, sudah ada 53 KLB campak di 34 kabupaten dan kota di 12 provinsi. Sedangkan sepanjang 2022, sudah ada 3.341 kasus campak dilaporkan oleh 223 kabupaten atau kota di 31 provinsi. Jumlah ini meningkat 32 kali lipat dibanding 2021 lho, Moms.
Kapan disebut KLB? Menurut Kemenkes, jika ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah confirm secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.
Peningkatan kasus campak di Indonesia memang sangat mengkhawatirkan, terlebih karena campak sangat menular. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan campak bisa menyebabkan komplikasi dan mengancam nyawa. Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan Moms akan penyakit campak, yuk ketahui beberapa fakta penting di bawah ini. Stay alert!
1. Penyebab campak
Campak adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus campak. Campak tidak hanya menyerang anak, orang dewasa juga bisa tertular campak. Anak dan orang dewasa yang belum pernah mendapat imunisasi campak, atau yang belum pernah mengalami campak adalah orang yang berisiko tinggi tertular penyakit ini.
2. Penularan campak
Sangat menular. Penularan campak bisa melalui udara, percikan batuk, bersin, dan melalui kontak dengan orang yang sakit campak. Permukaan yang terkontaminasi campak juga bisa menjadi perantara penularan campak. Perlu Moms ingat, campak sangat menular dan bahkan lebih menular daripada COVID-19.
3. Gejala campak
Menurut IDAI, ada beberapa gejala campak yang khas muncul pada penderitanya, yaitu:
- Campak pada anak akan diawali dengan demam yang semakin tinggi. Biasanya lebih dari 38 derajat Celsius selama 3 hari atau lebih dan akan berakhir setelah 4 sampai 7 hari.
- Setelah demam semakin tinggi, kurang lebih di hari ke-4 sampai hari ke-5 akan keluar ruam kemerahan.
- Ruam tersebut lama-kelamaan akan menyatu dan di fase penyembuhan berubah menjadi kehitaman dan bersisik.
- Ketika ruam sudah kehitaman, anak sudah tidak infeksius, atau kurang lebih 4 hari sebelum dan sesudah ruam muncul.
- Gejala disertai keluhan batuk, pilek, dan mata merah (konjungtivitis).
4. Tanda bahaya campak
Waspadai beberapa tanda ini jika terjadi pada anak yang sedang terinfeksi campak:
- Dehidrasi
- Napas cepat
- Muncul cekungan dinding dada
- Sulit dibangunkan
- Tidak bisa makan dan minum
- Frekuensi buang air kecil berkurang
- Keluar cairan dari telinga
- Ada nanah atau cairan kuning hijau di mata.
5. Risiko terinfeksi campak
Semua orang berisiko terinfeksi campak. Namun menurut IDAI, beberapa golongan ini tergolong rentan campak, yakni:
- Anak di bawah 5 tahun
- Anak yang tidak atau belum diberikan vaksin campak
- Memiliki penyakit kronik (komorbid)
- Daya tahan tubuh rendah (seperti pasien kanker, autoimun, atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan imunosupresi penekan daya tahan tubuh)
- Malnutrisi
- Ibu hamil berisiko tinggi mengalami komplikasi campak berat dan bisa terjadi keguguran, janin meninggal, dan atau gangguan pertumbuhan janin.
6. Komplikasi infeksi campak
Campak bisa menyebabkan komplikasi yang serius lho, Moms! Kemenkes RI menyebutkan bahwa di tahun 2000, lebih dari 1/2 juta anak di dunia meninggal karena komplikasi penyakit campak. Seperti saran IDAI, yuk waspada beberapa komplikasi ini:
- Sklerosing subakut: Komplikasi fatal pada otak yang dapat muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi campak. Fatal, tapi jarang terjadi.
- Gangguan mata: Ini bisa berupa distruksi kornea yang dapat memicu kebutaan. Ini lebih sering terjadi pada anak yang malnutrisi dan kekurangan vitamin A.
- Pneumonia: Ini adalah radang paru yang terjadi pada 1 sampai 6 dari 100 pasien campak.
- Ensefalitis akut: Ini adalah radang otak akut, yang pada 1 dari 1.000 pasien bisa berkembang menjadi ensefalitis akut. Kasus ini bisa memicu kejang, ketulian, atau bahkan disabilitas mental.
- Infeksi telinga: Sekitar 7 sampai 9 dari 100 pasien campak berkembang menjadi infeksi telinga yang bisa menyebabkan ketulian.
“Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ujar dr. Prima Yosephine, MKM (Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan).
7. Cara mencegah campak
Tidak bisa diobati, namun bisa dicegah! Cara terbaik mencegah campak adalah imunisasi dengan vaksin MR (measles rubella), satu vaksin ini bisa mencegah 2 penyakit sekaligus: campak dan rubella.
Jadwal pemberian vaksin MR pada anak adalah pada umur 9 bulan. Jika sampai umur 12 bulan anak belum mendapat vaksin MR, maka bisa diberikan MMR (measles/campak, mumps/gondongan, rubella). Pemberian MR atau MMR berikutnya di umur 18 bulan. Kemudian di umur 5-7 tahun anak bisa diberikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.
Imunisasi MR tidak ada efek samping kok, Moms. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan, dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi yang normal. Ini akan hilang dalam 2-3 hari.
Apakah campak terkait COVID-19?
Pencegahan campak hanya bisa didapat dari imunisasi sesuai jadwal, sedangkan cakupan imunisasi turun secara signifikan karena pandemi COVID-19. Anak banyak yang tidak diimunisasi selama pandemi. Ketika cakupan vaksinasi rendah, penyakit infeksi yang sudah jarang ada (seperti campak, difteri, gondongan, polio) akan muncul kembali dengan cepat.
Yuk, putus rantai penularan campak ini dengan memberikan vaksin campak sesuai dengan jadwal. Jaga selalu kesehatan anak Anda ya, Moms! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)