Selepas keputusannya untuk tidak lagi bekerja di kantor, Zata Ligouw (44) memulai langkahnya menjadi seorang blogger. Seiring profesinya sebagai blogger, Zata terus mengembangkan diri hingga menjadi influencer sekaligus personal digital branding profesional. Tak ketinggalan juga perannya sebagai training manager di salah satu komunitas ibu-ibu pintar, bahagia, dan produktif di Indonesia, MomAcademy. Berkat personal branding yang dimiliki, Zata pun diajak bergabung dengan sistem remote working, sesuai dengan apa yang dilakukannya hingga saat ini.
Bukan karena masih di usia anak-anak, Zata justru melepas pekerjaan tetapnya dan beralih ke profesi di dunia digital setelah dua buah hatinya sudah beranjak remaja. Bahkan saat ini, Zata jadi sangat dekat dengan si bungsu, Sabil (11). Bagaimana Zata bisa menjalani perannya sebagai seorang ibu, influencer, mentor, dan juga instruktur yoga wajah yang ia tekuni hingga saat ini? Yuk, simak kisah inspiratif Zata Ligouw yang menjadi Mom of the Month Februari 2023 berikut ini, Moms.
Apa kesibukan Anda saat ini?
Saya masih aktif sebagai blogger dan membuat konten di Instagram dan menjadi training manager di MomAcademy. Beberapa kali juga saya menjadi pembicara di acara yang berkaitan dengan personal digital branding. Selain itu, saya juga menjadi instruktur face yoga glow, dan selebihnya beraktivitas di rumah.
Awalnya pekerja kantoran, sekarang jadi influencer di media sosial. Apa alasan mengubah profesi?
Saya memutuskan untuk keluar dari law firm setelah bekerja selama 5 tahun di sana karena anak-anak, tapi bukan saat mereka masih kecil, karena saat itu saya bisa mendapat bantuan dari ART maupun kakek dan neneknya. Keputusan untuk tidak bekerja kantoran justru saya ambil saat anak pertama dan kedua memasuki usia remaja. Bagi saya, di fase ini saya perlu ada untuk mendampingi mereka tumbuh menjadi orang dewasa nantinya.
Di sisi lain, saya masih berkeinginan untuk bisa memiliki penghasilan sendiri. Jadi, sejak 7 atau 8 tahun lalu, saya pun kembali aktif menulis blog dan sempat juga menjadi instruktur yoga, yang terhenti karena kesibukan dari kerja kantoran saat itu.
Belajar tentang karier di dunia digital dari mana?
Saya memang sudah suka menulis blog sejak lama. Namun, alasan utama saya menjadi blogger di 2011 karena ingin berbagi tentang pengalaman saya menjadi ibu serta dunia parenting. Pada tahun itu, blog yang membahas hal-hal tersebut masih sangat jarang dalam bahasa Indonesia.
Saya sendiri justru belajarnya dari blogger luar dalam bahasa Inggris. Karenanya, saya pun ingin sharing kepada ibu-ibu lainnya mengenai parenting melalui blog saya (Diary Of A (not) Superhero Mama). Di samping saya suka menulis, lama kelamaan sekarang saya menulis tentang lifestyle yang syukurnya masih bisa jadi ladang untuk mencari penghasilan dengan endorsment dan lain-lain.
Keputusan untuk tidak bekerja kantoran justru saya ambil saat anak pertama dan kedua memasuki usia remaja, untuk bisa mendampingi mereka tumbuh untuk menjadi orang dewasa nantinya.
Bagaimana Anda menjalani karier sebagai personal digital branding saat ini?
Beberapa bulan sebelum resign, saya sudah mulai membangun personal branding sebagai blogger di dunia parenting. Hal ini yang memudahkan saya untuk bisa bekerja sama dengan beberapa brand dan mendapat penghasilan dari sini.
Kemudian saya merasa perlu membagi pengalaman pribadi mengenai membangun personal branding ke pembaca blog saya yang memang sebagian besar adalah ibu-ibu. Jadi semenjak itu, saya coba sharing dan menjadi pembicara di beberapa event untuk membantu ibu-ibu dan juga UKM (Usaha Kecil Menengah) mengenai personal branding, terutama di dunia digital.
Sebagai blogger, apa yang Anda bagikan dalam tulisan di blog?
Awalnya saya membagikan pengalaman sebagai orang tua baru dan bahasan mengenai dunia parenting. Tapi, sekarang sering bahas topik lifestyle, sih, misalnya rekomendasi hotel staycation untuk pasangan suami istri yang sudah lama menikah. Selain itu, saya juga bahas soal karier, bisnis, dan juga mindset. Bahasannya tentang hal-hal yang lebih luas dan target pembacanya adalah ibu-ibu yang seumuran dengan saya, ya.
Di samping saya suka menulis, lama kelamaan sekarang saya menulis tentang lifestyle yang syukurnya masih bisa jadi ladang untuk mencari penghasilan dengan endorsment dan lain-lain.
Apa serunya menjadi blogger sekaligus influencer serta menjalani peran sebagai ibu?
Hal yang saya jalani sekarang ini rasanya jadi sesuatu yang sempurna, sebagai seorang perempuan yang menjalankan peran sebagai ibu dan di sisi lain juga bisa membagikan pengalaman pribadi kepada orang lain. Disengaja ataupun tidak, ini pun ternyata bisa menjadi pengaruh yang semoga baik ya, untuk ibu lainnya. Tidak hanya itu, saya pun bisa mendapatkan penghasilan selama menjalaninya. Jadi ya, seru banget pastinya.
Sejak kapan Anda menjadi instruktur yoga wajah?
Sebenarnya sebelum mempelajari face yoga, saya sudah mengikuti kelas-kelas yoga sebelumnya. Lalu, saat pandemi, ada banyak acara di-cancel dan pada waktu itu saya manfaatkan untuk mengenal yoga wajah. Jenis yoga ini memang terkesan baru di Indonesia, tapi sebenarnya sudah cukup populer di luar negeri.
Nah, face yoga sendiri fungsinya tidak hanya melancarkan peredaran darah di wajah dan membuatnya terlihat berseri. Apalagi kalau kita juga rutin menggunakan skin care sambil melakukan yoga wajah, maka akan membantu penyerapan dan hasilnya akan jauh lebih maksimal. Memang bagus banget untuk menjaga kecantikan wajah, baik untuk perempuan maupun laki-laki.
Karena bagi saya cukup menyenangkan mempelajari yoga wajah ini, saya pun ambil sertifikasi sebagai instruktur. Dan karena keahlian ini pula, saya sering diajak menjadi instruktur di berbagai acara dari brand kecantikan serta perawatan wajah.
Disengaja atau tidak, menjadi blogger, influencer, sambil tetap melakukan tugas sebagai ibu bisa mendapatkan penghasilan selama menjalaninya.
Bagaimana cara Anda membagi waktu antara pekerjaan dengan merawat tiga anak?
Untuk saat ini rasanya jadi lebih mudah ya, karena anak saya yang pertama dan kedua juga ikut andil saat menjaga adiknya, Sabil. Tapi, saya juga ingat bahwa kedua anak saya yang sudah besar ini juga butuh perhatian. Itulah alasan saya memilih remote working, supaya bisa punya waktu lebih banyak untuk dihabiskan bersama anak-anak.
Saya juga biasanya punya waktu di awal minggu untuk kumpul semua dan makan bersama sambil mencatat jadwal dari masing-masing anggota keluarga. Dari obrolan ini, kami jadi bisa membuat perencanaan untuk seminggu ke depan dengan lebih teratur. Tidak lagi ada grasak-grusuk saat anak butuh persiapan study tour, misalnya, atau ada acara penting lainnya, karena jadwal sudah kami siapkan semua sejak awal.
Tips untuk Moms yang mau berkarier sebagai blogger, influencer, atau profesi di bidang digital lainnya?
Pertama, saya mendapat nasihat ini dari kakak ipar. Jangan jadikan anak sebagai kambing hitam untuk mencapai kebahagiaan kamu sendiri. Tanpa disadari, ketika sudah menjadi ibu, kita memikirkan anak dahulu sebelum memulai sesuatu yang kita inginkan. “Nanti bagi waktunya gimana? Siapa yang urus anak-anak?” alasan-alasan inilah yang justru terkesan seperti menyalahkan mereka ketika kita tidak bisa melakukan apa yang kita suka atau inginkan.
Kedua, penting sekali untuk punya manajemen waktu yang baik dan teratur. Jika tidak diatur sedemikian rupa, pasti ada saja alasan tidak sempat karena ada kesibukan lainnya. Tidak perlu mengikuti atau bahkan membandingkan waktu yang kita punya dengan orang lain. Cukup kita sendiri yang mengaturnya sesuai dengan kondisi diri sendiri dan keluarga supaya semua bisa berjalan dengan baik.
Apa pun mimpi Anda dan selagi masih bisa diraih, juga akan bisa dijalani jika Anda memiliki support system yang bisa membantu mewujudkannya. Ketika mimpi itu tercapai, sebenarnya bukan hanya untuk kita sebagai ibu, tetapi juga untuk keluarga, termasuk anak-anak.
(M&B/Vonia Lucky/SW/Foto dan Digital Imaging: Saeffie Adjie Badas/Wardrobe Zata Ligouw: Renoa/Wardrobe Sabil: KYDS)