KID

Awas, Kasus Diabetes Anak dan Remaja Meningkat 70 Kali Lipat Lho, Moms!



Siapa bilang diabetes hanya terjadi pada orang dewasa? Faktanya, kasus diabetes pada anak semakin meningkat lho, Moms. Fakta ini dipaparkan oleh dr. Muhammad Faizi, SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“Diabetes melitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis,” jelas dr. Faizi. Menurutnya, kasus DM pada anak umumnya adalah diabetes tipe 1, tapi sekarang 5-10 persen penderita diabetes adalah tipe 2.

“Penyakit diabetes tipe 2 yang biasanya menyerang orang dewasa (umur 40 ke atas) sekarang ini banyak menyerang anak remaja,” ujar dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), Ketua IDAI.

Mirisnya, kasus diabetes pada anak terus meningkat hingga 70 kali lipat lho, Moms! Untuk meningkatkan kewaspadaan Anda, yuk, ketahui lebih lanjut mengenai diabetes pada anak!

Menyerang anak dan remaja

Berdasarkan laporan yang diterima IDAI hingga tanggal 31 Januari 2023, ada 1.645 pasien anak yang menderita diabetes. Laporan pasien ini tersebar di 13 kota di Indonesia, yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.

Kasus diabetes pada anak yang tertinggi di dunia terjadi di Finlandia, yakni 37 kasus per 100.000 anak, sedangkan di wilayah Asia biasanya kurang dari 5 per 100.000 anak. Di Indonesia sendiri, kejadiannya 2 per 100.000 anak bisa dikatakan cukup tinggi. Kebanyakan kasus diabetes ini terjadi pada anak 5-6 tahun dan anak remaja.

“Data surveilans dari UKK IDAI itu punya data, setiap anak yang diabet itu dilaporkan. Sejak tahun 2010 kita kumpulin data itu. Dari 0 koma sekian jadi naik sampai 2023 ini. Kalau dari 2010 itu meningkat 70 kali lipat di 2023 ini,” jelas dr. Faizi.

Sebaran usia kasus diabetes pada anak:

  • 0-4 tahun: 19 persen
  • 5-9 tahun: 31,05 persen
  • 10-14 tahun: 46,23 persen
  • Di atas 14 tahun: 3 persen

Jangan tunggu kondisi berat

“Kebanyakan pasien datang pertama kali ke dokter itu sudah dalam keadaan berat atau DKA (diabetik ketoasidosis). Itu adalah komplikasi yang berat, di mana anaknya koma, tidak sadar, sesak sekali, dan mengancam jiwa. Itu 63-71 persen anak-anak diabetes melitus tipe 1 itu datang dalam keadaan berat,” jelas dr. Faizi.

Menurutnya, penyebab banyak pasien datang sudah dalam kondisi berat mungkin underdiagnosis atau tidak terdiagnosis, jadi kasus DM mungkin tidak dilaporkan ke dokter. Kini ketika pengetahuan dan awareness masyarakat sudah semakin baik, kasus DM pun semakin mudah terdeteksi.

Saat laporan DM sudah semakin banyak, diketahui DM tipe 1 kebanyakan terjadi pada anak dan DM tipe 2 kebanyakan pada orang dewasa, tapi 5-10 persen kasus DM pada anak ada yang tipe 2 juga lho, Moms.

Pada DM tipe 2 penyebabnya adalah resistensi insulin, jadi insulinnya banyak tapi tidak bisa bekerja secara efektif. Sedangkan pada DM tipe 1 pankreas tidak memproduksi insulin.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, penyebab DM tipe 1 adalah interaksi dari banyak faktor, antara lain kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan sel beta pankreas yang perannya masing-masing terhadap proses DM tipe 1 masih belum diketahui.

5 Pilar tata laksana DM tipe 1 pada anak

Ada 5 pilar tata laksana DM tipe 1 pada anak, yaitu:

1. Pemberian insulin tiap makan dan mau tidur, minimal 4 kali suntikan insulin sehari.

2. Pengaturan makanan.

3. Pemeriksaan gula darah rutin direkomendasikan 6-10 kali.

4. Aktivitas fisik setidaknya 60 menit sehari.

5. Pendidikan berkelanjutan. Tidak hanya pasien yang dididik, keluarganya juga. Untuk mencegah komplikasi akut dan jangka panjang serta perbaikan kondisi psikologi pasien dan keluarga.

“IDAI pernah melakukan penelitian tahun 2021, saat itu masih 1.282 pasien. Rata-rata anak-anak dengan kasus diabetes melitus ini jelek kondisi perawatannya. Itu terlihat dari HbA1c atau indikator monitor glukosa darah setiap 3 bulanan itu mencapai 12,5 persen nilainya. Kalau bukan diabet itu nilainya di bawah 6,5 persen dan IDAI sendiri menetapkan paling bagus 7,5 persen. Kalau International Society of Pediatric menetapkan 7 persen. Jadi kita kualitas tata laksana dan manajemen anak-anak dengan diabetes masih kurang bagus untuk HbA1c ini,” jelas dr. Faizi.

Dokter Faizi juga menyampaikan bahwa pemeriksaan gula darah rutin pada anak dengan diabetes masih minim. “Anak-anak yang mengalami diabetes melitus ini yang melakukan pemeriksaan gula darah rutin hanya 20 persen yang di atas 3 kali sehari. Sedangkan idealnya 6-10 kali sehari," jelasnya.

Untuk mencegah dan menghentikan angka DM pada anak yang terus meroket, yuk, biasakan anak bijak mengonsumsi gula, Moms! Pastikan konsumsi gula tidak berlebih, biasakan mengonsumsi makanan dan minuman sehat alami, dan jangan lupa rutin melakukan aktivitas fisik, ya. Stay healthy! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)