TODDLER

Teknik Pendidikan Seks Usia Dini



Di era digital saat ini segala informasi dapat dengan mudah diakses, termasuk berita dan foto-foto yang mengandung unsur pornografi. Tentunya bukan tidak mungkin pula konten dewasa tersebut dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak. Jika tidak membekali dengan pendidikan seks sejak dini, konten dewasa yang mereka konsumsi dengan bebas bisa berdampak buruk bagi masa depan anak-anak. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya pendidikan seks sejak dini, sejak anak mulai mengenal bahasa atau sekitar 2 tahun. Saat usia tersebut, perkembangan otak anak sangat pesat hingga mencapai 80%.

Menurut Ayah Edi, seorang praktisi Multiple Intelligence & Holistic Learning, peran orangtua sangat penting dan menjadi kunci keberhasilan dalam mendidik anak untuk untuk mencapai masa depan yang cerah. Sebelum memberikan pendidikan seks pada anak, orangtua perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang edukasi seks yang mencakup self defense system, left brain system, dan brain response system. Berikut penjelasan dari Ayah Edi tentang ketiga teknik pendidikan seks untuk anak di usia dini.

1. Self defense system
Self defense system artinya orangtua perlu memberi pemahaman pada anak bagaimana ia melindungi dirinya dan menjaga diri dari kekerasan seksual, yaitu dengan memperkenalkan pada anak nama-nama organ tubuh dan organ reproduksi serta fungsinya masing-masing dengan menggunakan nama yang benar.

2. Left brain system
Left brain system yakni mengajarkan pendidikan seks melalui otak kiri anak, atau dengan merespons hal yang bersifat sains. Pendidikan seks yang ditangkap oleh otak kiri akan merespons bagian tubuh sebagai anggota tubuh biasa yang mempunyai fungsinya masing-masing. Hal itu membuat anak melihat segala sesuatunya dengan sains, seperti halnya seorang dokter menghadapi pasiennya. Sedangkan otak kanan merespons hal-hal yang bersifat imajinasi, bahasa, kreativitas, seni, dan budaya.

3. Brain response system
Brain response system ini diperlukan agar anak memiliki daya tolak jika ada ancaman pelecehan seksual terhadap dirinya. Misalnya, anak akan berani berteriak meminta pertolongan jika ada orang lain yang menyentuh organ vitalnya. Pendidikan seks usia dini perlu dilatih dan dipraktekkan langsung pada setiap anak, bukan hanya teori saja. Menurut Ayah Edi, pelatihan ini perlu disegarkan kembali dan diulang-ulang minimal setiap 6 bulan sekali, agar anak memiliki respon yang tepat terhadap setiap ancaman tak terduga yang datang pada dirinya. (Aulia/DT/dok.M&B)