FAMILY & LIFESTYLE

Pembengkakan Kelenjar Getah Bening, Ini Gejala dan Penyebabnya



Bagian leher terasa membengkak? Kondisi ini bisa menjadi pertanda Anda mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Yuk, cari tahu penyebabnya!

Kelenjar getah bening atau kelenjar limfe adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan infeksi akibat bakteri, virus, kuman, dan parasit. Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda, kelenjar akan mengempis dengan sendirinya dan kembali ke ukuran semula.

Infeksi atau pembengkakan kelenjar getah bening pada umumnya terjadi di bagian leher. Namun sesungguhnya, kelenjar getah bening juga terdapat di beberapa bagian tubuh lainnya, seperti ketiak, selangkangan, dada, dan perut.

Baca juga: Penyebab Benjolan di Leher yang Perlu Diwaspadai

Perlu diketahui, terdapat 2 jenis pembengkakan pada kelenjar getah bening, yaitu:

1. Limfadenopati: pembengkakan kelenjar getah bening tanpa disertai rasa nyeri.

2. Limfadenitis: kelenjar getah bening yang meradang dan membesar, tapi disertai rasa nyeri saat ditekan.

Pembengkakan kelenjar getah bening bisa disebabkan sejumlah faktor, antara lain:

  • Infeksi, misalnya akibat Streptococcus, campak, tuberculosis, mononucleosis, sifilis, atau abses gigi
  • Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau lupus
  • Kanker, misalnya limfoma atau leukemia.

Sekilas, pembengkakan kelenjar getah bening yang diakibatkan infeksi dan kanker memiliki kemiripan. Akan tetapi, jika ditelaah, keduanya punya beberapa sifat yang berbeda.

Pembengkakan akibat infeksi

Seperti dilansir dari situs Alodokter, ciri-ciri kelenjar getah bening yang mengalami infeksi pada umumnya ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Benjolan tersebut bisa terasa lunak dan nyeri ketika disentuh.

Selain munculnya benjolan, infeksi kelenjar getah bening juga dapat menimbulkan gejala lain, seperti demam, sakit tenggorokan, berkeringat di malam hari, dan pilek.

Pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan oleh infeksi bisa dipicu oleh penyakit tertentu, seperti infeksi telinga, ISPA, dan TB kelenjar. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening akibat infeksi akan menghilang setelah penyebab infeksi teratasi. Namun jika infeksi telah teratasi tapi kelenjar getah bening tetap bengkak, maka Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.

Pembengkakan akibat kanker

Sel kanker pada kelenjar getah bening bisa muncul dari kelenjar itu sendiri atau muncul karena penyebaran sel kanker dari organ lain (metastasis). Kanker yang muncul dari kelenjar getah bening dikenal dengan nama limfoma.

Jika merujuk pada bentuk, kelenjar getah bening yang terinfeksi dan kelenjar getah bening karena kanker sama-sama memiliki benjolan akibat pembengkakan kelenjar tersebut. Hanya saja, kanker kelenjar getah bening juga memiliki gejala:

  • Selalu merasa lelah
  • Demam
  • Kulit gatal
  • Berkeringat di malam hari
  • Sesak napas
  • Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.

Faktor risiko

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko pembengkakan pada kelenjar, antara lain:

  • Penambahan usia
  • Jenis kelamin pria
  • Riwayat keluarga atau genetik
  • Masalah pada sistem kekebalan tubuh
  • Infeksi virus
  • Pernah mengidap kanker
  • Paparan bahan kimia
  • Pola hidup tidak sehat yang dijalani.

Cegah dengan…

Pembengkakan kelenjar getah bening tidak bisa sepenuhnya dicegah, tapi risikonya bisa dikurangi dengan melakukan beberapa langkah berikut ini:

  • Rajin mencuci tangan
  • Jangan menyentuh mata dan hidung sebelum mencuci tangan
  • Menghindari orang yang sedang sakit
  • Rutin mendisinfeksi rumah atau ruang kerja
  • Tidur cukup dan berkualitas, mengonsumsi makanan sehat, dan rutin berolahraga
  • Memperhatikan asupan nutrisi
  • Mencukupi kebutuhan cairan
  • Hindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Jika Anda mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, sebaiknya langsung periksakan ke dokter. Pengecekan pada pasien yang mengalami pembengkakan kelenjar getah bening bisa meliputi pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang berupa tes darah, pemeriksaan radiologis, seperti CT scan atau MRI, maupun biopsi. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)