Duh, kualitas udara beberapa waktu belakangan ini sangat mengkhawatirkan ya, Moms! Beberapa hari lalu, bahkan beredar di media sosial curhatan seorang ibu tentang bayinya yang harus dirawat selama 10 hari karena menderita bronkopneumonia akibat kualitas udara yang buruk.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara di Asia Tenggara dengan kualitas udara terburuk berdasarkan laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2022. Perlu diketahui, IQAir merupakan perusahaan asal Swiss yang mencatat kualitas udara di dunia berdasarkan data setiap negara. Nah, data yang diambil di Indonesia berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sementara itu, terdapat 10 kota di Indonesia dengan tingkat polusi paling tinggi per Minggu (18/6/2023). Berikut ini datanya beserta Indeks Kualitas Udara (AQI), seperti dilansir dari Kompas.com:
- Tangerang Selatan, Banten: 166
- Cileungsir, Jawa Barat: 163
- Kabupaten Serang, Banten: 160
- Bandung, Jawa Barat: 152
- Semarapura, Bali: 149
- Yogyakarta, DI Yogyakarta: 145
- Bekasi, Jawa Barat: 141
- Ubud, Bali: 120
- Tangerang, Banten: 107
- Denpasar, Bali: 105.
Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, termasuk bagi para Moms yang memiliki anak kecil. Pasalnya, polusi punya sederet efek yang membahayakan buat Si Kecil.
“Efek polusi pada anak salah satunya adalah gangguan saluran pernapasan. Pada anak yang memiliki riwayat asma dan alergi, paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko untuk terjadi kekambuhan,” ungkap dr. Nathalia Ningrum, Sp.A, Dokter Spesialis Anak Brawijaya Hospital Saharjo.
“Paparan polusi udara dalam jangka waktu yang panjang juga dapat menyebabkan risiko terjadinya bronkitis dan penyakit saluran pernapasan lain,” lanjutnya.
Menurut American Lung Association, polusi udara juga memiliki efek berikut ini terhadap anak-anak:
1. Polusi udara bisa memengaruhi anak-anak sebelum mereka lahir
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa polusi udara bisa membahayakan janin sejak masih berada di dalam kandungan. Dalam sebagian besar penelitian disebutkan bahwa partikel polusi bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur.
2. Polusi membatasi perkembangan paru-paru anak
Southern California Children’s Health sempat melakukan penelitian soal paparan polusi udara dalam jangka panjang terhadap anak dan remaja. Dengan meneliti 1.759 anak antara usia 10-18 tahun sejak 1993 hingga 2001, para peneliti menemukan fakta bahwa mereka yang tinggal di area dengan tingkat populasi tinggi akan meningkatkan risiko mengalami masalah perkembangan paru-paru sehingga tidak bisa berfungsi dengan maksimal.
Penurunan fungsi paru-paru juga bisa dialami anak yang tinggal bersama orang tua atau anggota keluarga yang punya kebiasaan merokok. Faktor polusi dan paparan asap rokok juga meningkatkan risiko anak mengalami gangguan kesehatan pada saluran pernapasan secara berulang.
3. Memengaruhi kemampuan kognitif
Polusi udara juga bisa memengaruhi perkembangan sistem saraf. Anak yang terkena paparan polusi yang berlebihan bisa memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Selain itu, mental dan kemampuan motoriknya pun berisiko mengalami gangguan.
4. Gangguan mental
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa paparan polusi udara untuk periode yang lama juga bisa memicu munculnya gangguan mental, seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian pada anak.
Begitu banyak masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh polusi udara. Oleh sebab itu, Moms perlu menjaga agar Si Kecil terhindar dari efek negatifnya.
Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan tetap menggunakan masker saat anak beraktivitas di luar rumah. Moms juga bisa menggunakan alat pembersih udara dengan penyaring yang memiliki teknologi high efficiency particulate absorbing (HEPA) di rumah agar Si Kecil bisa mendapatkan udara yang bersih. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)