Sebagai orang tua, tentunya tidak ada hal yang lebih penting daripada kesehatan Si Kecil ya, Moms. Karena itu, Anda akan selalu memastikan makanan yang diberikan untuk Si Kecil dipenuhi dengan vitamin dan nutrisi.
Namun, pada beberapa anak-anak, mengonsumsi makanan tertentu—yang dianggap makanan penuh nutrisi sekalipun—justru bisa mengganggu kesehatannya, bahkan mengancam keselamatannya. Kondisi tersebut biasa disebut sebagai alergi makanan.
Secara medis, alergi makanan bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh—yang biasanya melawan infeksi—menganggap makanan tertentu yang masuk ke dalam tubuh sebagai ancaman, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi. Reaksi alerginya bisa berkisar dari yang ringan hingga parah.
Lantas, apa penyebab alergi makanan pada bayi dan balita? Dan, bagaimana cara mengatasi alergi makanan pada Si Kecil? Berikut ini penjelasannya, Moms.
Penyebab alergi makanan pada bayi dan balita
Sebenarnya, tidak diketahui secara pasti apa penyebab alergi makanan pada bayi dan balita. Namun, para peneliti berteori bahwa alergi makanan pada bayi dan balita bisa disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh Si Kecil yang lemah dan genetik yang diturunkan dalam keluarga. Itu artinya, jika Anda atau pasangan Anda—atau Anda berdua—memiliki alergi makanan tertentu, maka anak Anda mungkin juga memiliki risiko alergi yang lebih tinggi.
Alergen makanan yang paling umum
Anak-anak bisa alergi terhadap makanan apa pun, tetapi alergen terhadap makanan yang paling umum antara lain adalah:
- Susu sapi
- Telur
- Kacang-kacangan, termasuk tree nuts seperti kacang kenari, hazelnuts, dan kacang mete
- Kedelai
- Ikan
- Kerang dan udang
- Wijen
- Gandum.
Gejala alergi makanan pada bayi dan balita
Gejala alergi makanan pada bayi dan balita biasanya muncul dalam hitungan detik, menit, hingga beberapa jam setelah Si Kecil mengonsumsi makanan penyebab alergi. Setiap anak mungkin mengalami gejala alergi yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa gejala alergi makanan pada bayi dan balita yang paling umum, termasuk:
- Mengi atau suara napas yang berbunyi seperti siulan
- Sulit bernapas
- Muka memerah
- Kesemutan di bibir, tangan, kaki, atau kulit kepala
- Biduran
- Pembengkakan pada lidah, bibir, wajah, tenggorokan, atau bagian tubuh lainnya
- Muntah
- Diare
- Pusing hingga kehilangan kesadaran (pingsan)
- Sakit perut
- Keluar darah merah di popok
- Anafilaksis, respons alergi paling serius yang bisa berpotensi fatal.
Cara mengatasi alergi makanan pada bayi dan balita
Jika Si Kecil menunjukkan gejala alergi makanan seperti yang disebutkan sebelumnya, segera bawa ia ke dokter untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat sesuai usia dan kondisinya. Namun, biasanya dokter akan menyarankan penanganan seperti:
1. Menghindari makanan penyebab alergi dan makanan serupa lainnya dalam kelompok makanan tersebut.
2. Jika Moms masih menyusui Si Kecil, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk menghindari makanan-makanan yang bisa membuat Si Kecil alergi. Pasalnya, sejumlah kecil alergen makanan bisa berpindah ke dalam tubuh Si Kecil melalui ASI dan menyebabkan reaksi alergi.
3. Jika diperlukan, dokter juga akan meresepkan obat antihistamin untuk meredakan alergi Si Kecil. Namun, obat antihistamin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah usia 2 tahun, kecuali di bawah pengawasan dan rekomendasi dokter.
4. Jika anak mengalami anafilaksis, dokter mungkin akan memberikan injeksi epinefrin dengan dosis yang disesuaikan dengan kondisi dan usianya. Namun, pemberian epinefrin tidak dapat dilakukan sembarangan karena hanya dapat diberikan oleh dokter di rumah sakit.
Itulah semua yang perlu Anda ketahui tentang alergi makanan pada bayi dan balita, termasuk penyebab alergi makanan dan cara mengatasi alergi makanan pada bayi dan balita. Jika anak Anda memiliki alergi makanan, bacalah selalu label makanan dengan cermat dan teliti agar Anda bisa menghindari alergen tersebut. Namun, saat ini sudah banyak produsen makanan yang telah mencantumkan label risiko alergi pada makanan. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Freepik)