Baru-baru ini pengguna media sosial di Indonesia dihebohkan dengan sebuah video yang memperlihatkan petugas Kereta Api Indonesia (KAI) menahan seorang ibu yang diduga hendak membuang bayinya ke rel kereta api.
Beruntung aksi cepat tanggap petugas bikin sang ibu mengurungkan niatnya. Petugas berusaha menahan ibu tersebut agar tak melompat ke rel, sedangkan petugas lain mengamankan bayi perempuan yang digendong sang ibu. Diduga sang ibu mengalami postpartum depression.
Apa itu post partum depression?
Postpartum depression atau depresi pascamelahirkan adalah adalah gangguan mental berupa depresi berat yang dialami seorang wanita usai melahirkan. Postpartum depression bisa muncul pada 4-6 minggu setelah setelah melahirkan, bahkan bisa terjadi hingga 1 tahun setelah melahirkan.
Jenis depresi ini sering dianggap sama dengan baby blues, tetapi anggapan itu kurang tepat, karena keduanya berbeda. Melansir Alodokter, baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang umumnya menyebabkan sang ibu menangis terus-menerus, cemas, hingga sulit tidur selama beberapa hari hingga 2 minggu setelah bayi lahir.
Adapun postpartum depression lebih parah dibandingkan baby blues. Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anak. Depresi ini tak hanya dialami ibu, tapi juga bisa dialami ayah.
Penyebab postpartum depression
Mengutip Alodokter, penyebab postpartum depression belum diketahui pasti, tapi kondisi ini diduga disebabkan oleh sejumlah faktor seperti:
Perubahan hormonal. Kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun drastis pada wanita setelah melahirkan. Penurunan kadar kedua hormon ini menyebabkan ia jadi lebih sensitif, mudah berubah suasana hatinya, dan kondisi emosionalnya tidak stabil.
Masalah psikologis. Tuntutan dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu untuk mengurus dan merawat bayi bisa menimbulkan tekanan dan menyebabkan stres, terutama jika kurang mendapatkan dukungan dari suami atau keluarga saat melahirkan dan merawat bayi. Selain itu, wanita yang sebelumnya pernah mengalami gangguan psikologis juga lebih berisiko terkena postpartum depression.
Masalah sosial. Mengalami konflik keluarga, masalah keuangan, atau kematian orang terdekat, juga bisa membuat wanita rentan terkena depresi ini.
Selain beberapa hal di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko postpartum depression, seperti kesulitan menyusui, kesulitan mengurus bayi, kondisi fisik lemah setelah melahirkan, bayi mengalami masalah kesehatan, dan adanya gangguan kesehatan yang dialami usai melahirkan.
Gejala postpartum depression
Saat terkena postpartum depression, seorang ibu akan mengalami gejala-gejala seperti:
- Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga
- Mudah tersinggung dan marah
- Menangis terus-menerus
- Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas
- Mengalami perubahan suasana hati yang drastis
- Hilang nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya
- Tidak dapat tidur atau tidur terlalu lama
- Sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan
- Tidak ingin bersosialisasi dengan teman dan keluarga
- Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya
- Putus asa
- Berpikir untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya
- Munculnya pikiran tentang kematian dan keinginan untuk bunuh diri.
Cara mencegah dan mengatasi postpartum depression
Berikut 4 tips untuk mencegah dan mengatasi postpartum depression.
1. Anda tidak sendiri
Menurut American Psychological Association, 1 dari 7 wanita mengalami beberapa bentuk gangguan suasana hati usai melahirkan, seperti mood mudah berubah, sering gelisah, dan gampang marah. Namun, ketahuilah bahwa Anda tidak sendiri untuk merawat bayi. Ajak suami untuk turut terlibat di tengah kesibukan Anda mengurus bayi.
2. Support orang terdekat
Anda bisa minta dukungan dan bantuan dari orang terdekat, misalnya, suami atau keluarga untuk membantu merawat bayi yang baru saja dilahirkan. Anda juga bisa minta kerabat atau sahabat dekat untuk membantu Anda jika memang dibutuhkan.
3. Meditasi
“Ibu baru yang menghabiskan setidaknya 15 menit setiap hari untuk bersantai dengan latihan pernapasan, bermeditasi, atau berendam di bak mandi bisa mengatasi tekanan yang dirasakan,” ujar Diane Sanford, Ph.D. , Penulis Postpartum Survival Guide.
3. Berbagi dan konsultasi
Cobalah untuk berbicara kepada orang terdekat. Berbagi cerita tentang apa yang Anda alami bisa mengurangi beban yang Anda rasakan, misalnya merasa sedih, kesulitan mengurus bayi, ASI susah keluar, dan lain-lain. Akan lebih baik jika Anda meminta bantuan psikolog bila merasa putus asa dan bahkan merasa ingin bunuh diri. (M&B/SW/Foto: Freepik)