Flek merupakan pendarahan ringan yang bisa terjadi saat hamil. Flek biasanya berwarna merah atau merah muda, tapi juga bisa terlihat berwarna cokelat, seperti darah lama atau pendarahan di awal dan akhir menstruasi. Jumlah darah yang keluar saat flek pun sedikit, tidak seperti pendarahan saat menstruasi.
Melansir laman Medical News Today, sekitar seperempat ibu hamil diketahui mengalami pendarahan atau flek selama trimester pertama. Meski hal ini umum terjadi, Moms tetap perlu waspada karena timbulnya flek pada kondisi tertentu bisa menjadi pertanda adanya kemungkinan gangguan pada kehamilan, atau masalah serius lainnya, seperti tanda keguguran dini.
Lalu, sebenarnya apa sih, yang menjadi penyebab timbulnya flek saat hamil muda? Berikut penjelasannya, Moms.
1. Perubahan hormon
Sekitar minggu ke 6-8 kehamilan, terjadi pergeseran luteal-plasenta, yaitu ketika plasenta berkembang cukup untuk menghasilkan hormon yang menopang kehamilan. Sebelum perubahan ini terjadi, corpus luteum yang merupakan sekelompok sel yang terbentuk selama ovulasi, menghasilkan hormon kehamilan.
Nah, perubahan hormonal ini terkadang memicu penurunan hormon progesteron untuk sementara. Pergeseran luteal-plasenta ini pun bisa menyebabkan bercak atau bahkan pendarahan hebat selama satu periode. Namun, selama plasenta mulai memproduksi cukup progesteron, kehamilan bisa berlanjut dengan aman dan keguguran pun tidak akan terjadi.
2. Pendarahan implantasi
Kehamilan ditandai dengan terjadinya implantasi, yaitu ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Nah, beberapa wanita menyadari adanya flek setelah implantasi. Namun, tubuh tidak mulai memproduksi hormon kehamilan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) sampai setelah implantasi.
Perlu diingat bahwa seorang wanita tidak hamil hingga ia mengalami implantasi, dan tes kehamilan biasanya tidak bisa mendeteksi kehamilan sampai beberapa hari setelah implantasi. Jadi, pendarahan yang muncul setelah seseorang mengetahui dirinya hamil bukanlah pendarahan implantasi.
Pendarahan implantasi biasanya berwarna cokelat. Nah, beberapa orang mungkin salah mengira pendarahan ini sebagai menstruasi bulanan karena biasanya terjadi sekitar waktu perkiraan menstruasi. Untuk diketahui, aliran pendarahan implantasi sering kali lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan menstruasi, sehingga orang yang mengalami pendarahan yang tidak biasa setelah berhubungan seks harus mempertimbangkan kemungkinan hamil.
3. Keguguran
Pendarahan vagina merupakan tanda umum ketika wanita mengalami keguguran. Dalam dunia medis, keguguran diartikan sebagai kematian janin yang terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 20 minggu. Meski demikian, diketahui sekitar separuh orang yang mengalami pendarahan ringan di awal kehamilan tidak mengalami keguguran. Karenanya ibu hamil disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter tentang faktor risiko dan cara meminimalkannya.
4. Iritasi serviks
Kegiatan berhubungan seks atau pemeriksaan panggul bisa menyebabkan iritasi serviks, yang ditandai dengan adanya pendarahan. Flek yang timbul setelah segala bentuk penetrasi vagina menjadi tanda pendarahan serviks ini.
Pendarahan serviks yang terjadi selama kehamilan biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, cedera serius pada serviks, seperti penyerangan atau trauma, dapat menyebabkan pendarahan serviks yang lebih parah. Cedera ini dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi serius lainnya.
5. Hematoma subkorionik
Hematoma subkorionik merupakan penyebab paling umum pendarahan di trimester pertama kehamilan, dan terhitung sudah ada sekitar 11% kasus. Hematoma subkorionik ini terjadi ketika darah menumpuk di dekat korion, selaput janin di sebelah plasenta. Pendarahan ini juga bisa muncul di antara rahim dan plasenta.
Perlu diketahui, hematoma subkorionik bukanlah keguguran. Banyak ibu hamil mengalami jenis pendarahan ini, tapi tidak mengalami komplikasi lebih lanjut selama kehamilannya. Namun, perlu diwaspadai juga bahwa wanita yang mengalami hematoma subkorionik punya risiko lebih tinggi mengalami keguguran dini.
6. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim, sering kali terjadi di saluran tuba. Kondisi ini bisa menimbulkan flek seiring pertumbuhan kehamilan. Namun, ketika saluran tuba pecah, kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan yang mengancam nyawa atau infeksi berbahaya jika terus berkembang.
Baca juga: 6 Tanda Melahirkan Tanpa Flek yang Bisa Saja Dialami Ibu Hamil
Ini waktunya ke dokter, Moms!
Meski tak selalu membahayakan, jika Anda mengalami flek atau pendarahan ringan saat hamil, ada baiknya Anda segara memeriksakan diri ke dokter. Terlebih bila Anda mengalami gejala-gejala seperti demam, pusing, kram, sakit perut parah, ada gumpalan besar di darah, pendarahan banyak seperti menstruasi, serta pendarahan berat selama beberapa jam. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Freepik)