KID

Tips Mengajarkan Anak agar Lebih Serius dan Tidak Selalu Bercanda



Selera humor merupakan sebuah sifat baik untuk dimiliki seorang anak. Sifat tersebut bermanfaat untuk perkembangan sosial hingga ia dewasa kelak. Namun, ada kalanya anak melemparkan humor di momen yang tidak tepat. Kira-kira bagaimana ya, cara menyiasatinya?

Melemparkan humor atau bersikap konyol di saat yang kurang tepat memiliki beragam alasan yang bisa mendasarinya. Yuk, simak penjelasan berikut ini mengenai alasan anak bersikap konyol sepanjang waktu dan bagaimana cara menyiasatinya, seperti dilansir dari Parents.

Penyebab anak bersikap konyol dan bercanda

1. Cari perhatian

Sebagian anak sangat senang menjadi pusat perhatian, sementara sebagian lainnya mencari perhatian saat merasa kesepian di tengah orang dewasa di sekelilingnya yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Nah, melempar jokes atau bersikap konyol bisa menjadi cara mereka untuk mencari perhatian, apalagi bila anak sebelumnya pernah mendapatkan banyak perhatian saat ia bersikap lucu.

2. Anak merasa tidak nyaman

Bercanda atau membuat humor di momen yang tidak tepat juga bisa menjadi pertanda anak sedang merasa tidak nyaman, Moms. Sikap konyolnya tersebut berfungsi sebagai respons gugup untuk membuatnya merasa lebih tenang. Saat berada di momen yang membuat anak gugup, Moms bisa memeluknya dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.

3. Membuat orang merasa lebih baik

Beberapa anak dengan empati yang tinggi juga menggunakan humor untuk membuat orang di sekitarnya merasa lebih baik. Ini merupakan cara mereka untuk membantu. Namun, ini bisa menjadi boomerang untuk anak bila dilakukan di momen yang tidak tepat.

Cara untuk membuat anak menjadi lebih serius

Bercanda atau membuat jokes bisa merugikan anak bila dilakukan di momen yang tidak tepat. Ini beberapa cara yang bisa Moms lakukan untuk membantu anak agar bisa lebih serius dan menahan humornya.

1. Berikan pertanyaan

Saat Anda menyadari anak membuat humor karena sedang merasa tegang atau tidak nyaman, Anda bisa memberikan pertanyaan untuk memvalidasi emosinya. Untuk anak-anak berusia di atas 7 tahun, mereka seharusnya sudah memahami perasaan yang mereka rasakan. Sementara untuk anak berusia di bawah itu, mereka sering kali perlu divalidasi emosinya.

Moms bisa mulai menanyakan apa yang sedang ia rasakan. Kemudian Anda bisa menyampaikan padanya bahwa tidak apa-apa merasa panik atau tegang, tapi ada cara yang lebih baik untuk mengatasinya daripada melontarkan lelucon.

2. Beri arahan

Jika anak benar-benar tidak tahu mengapa ia melakukan hal tersebut, Anda bisa memberitahunya bahwa sikapnya kurang tepat dilakukan di situasi yang serius. Jelaskan alasannya dengan bahasa yang mudah ia pahami.

Moms juga sebaiknya tetap dekat secara fisik di situasi yang Anda rasa membuat anak merasa tidak nyaman. Bersikaplah sejelas mungkin dalam menyampaikan perilaku apa yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam situasi yang sedang dihadapi.

3. Berikan contoh

Ingat, anak akan selalu mencontoh kita. Kita mengajarkan kepada anak bukan hanya melalui kata-kata, tapi juga melalui perilaku. Bila Anda ingin anak bersikap serius di momen serius, maka Anda pun harus menunjukkan demikian. Namun, ikutlah tertawa saat anak membuat humor di momen-momen santai bersama keluarga. Selain membuat anak paham bagaimana harus bersikap sesuai situasi dan kondisi, respons tersebut juga bisa membuat anak percaya diri karena Anda menghargai leluconnya.

Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendorong anak agar bisa lebih serius di situasi yang serius. Namun, jangan padamkan selera humornya ya, Moms. (M&B/RF/Foto: Pexels)