Seperti organ tubuh manusia lainnya, mata punya peran sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika fungsi dan kesehatan mata menurun, maka kualitas hidup seseorang juga bisa berkurang. Karena itu, merawat kesehatan mata bukanlah hal sepele.
Dalam acara peluncuran kampanye “PERMADANI: Periksa Mata dari Dini” oleh VIO Optical Clinic beberapa waktu lalu, Andri Agus Syah, OD, FAAO, FIALVS, ophthalmologist sekaligus Founder & Chief Doctor VIO Optical Clinic, menyebutkan pentingnya merawat kesehatan mata sejak dini dan kiat tepatnya. “Makin cepat masalah mata ditemukan, makin cepat juga anak bisa mendapatkan perawatan dan dukungan yang dibutuhkan,” tutur Andri.
Sayangnya, kebiasaan periksa mata usia dini di Indonesia belum termasuk hal yang lumrah dilakukan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan VIO Optical Clinic terhadap 2.322 anak di 3 sekolah, ada 40% murid yang mengaku belum pernah memeriksakan matanya.Lalu, bagaimana cara tepat menjaga mata sejak dini? Simak penjelasannya berikut ini.
Merawat mata sejak dini
Dengan adanya perubahan pola hidup yang lebih modern, anak-anak makin rentan mengalami masalah kesehatan mata. “Beberapa gangguan mata yang sering dialami anak adalah kelainan refraksi, amblyopia (mata malas), konjungtivitis, dan yang paling banyak adalah myopia,” ujar Andri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi bahwa 50% penduduk dunia akan mengalami myopia atau rabun jauh (mata minus) pada tahun 2050. Nyatanya, permasalahan kesehatan mata pada anak sering tidak terdeteksi karena keterbatasan komunikasi dan pemahaman.
Di acara yang sama, Susana, Head of Marketing VIO Optical Clinic, menyebutkan bahwa keluhan masalah mata pada anak sering kali ditandai oleh gejala memicingkan mata. “Biasanya, masalah mata pada anak yang sering ditemukan saat sesi pemeriksaan di VIO Optical Clinic adalah ketika anak mulai memicingkan mata saat melihat,” jelasnya.
Lalu, bagaimana cara merawat mata sedari dini? Menurut Andri, kiat termudah adalah dengan rutin memeriksakan kondisi mata anak ke dokter spesialis mata. “Jadi memang kita harapkan orang tua memeriksakan mata anaknya sedari dini secara rutin, supaya apabila terjadi kondisi mata minus atau yang lainnya, kita bisa mengantisipasi agar tidak bertambah parah seiring pertambahan usia mereka,” tutur Andri.
Menurut Andri, secara umum anak sudah bisa dibawa untuk diperiksa matanya sejak usia 3 tahun. Selain itu, ia menuturkan beberapa cara lain untuk menjaga kesehatan mata anak, yakni:
1. Menghindari pemberian gawai pada anak di bawah usia 12 tahun. Apabila kondisi ini tidak bisa dipertahankan, pemberian gawai pada anak perlu dibatasi maksimal 1 jam sehari. Hal ini dilakukan guna menekan aktivitas jarak dekat yang bisa membuat mata lelah, sehingga meningkatkan risiko kerusakan fungsi mata.
2. Mencegah anak mengucek mata berlebihan. Mengucek mata bisa mendorong perubahan bentuk bola mata, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kondisi mata silinder.
3. Menjaga pola makan sehat seimbang agar perkembangan organ-organ tubuh, terutama mata, bisa optimal. Mengonsumsi makanan kaya vitamin A dan beta karoten bisa membantu menjaga kesehatan indra penglihatan.
4. Menjaga anak mendapatkan cukup istirahat. Anak dengan tidur yang kurang berisiko mengalami hambatan selama masa tumbuh kembangnya, sehingga ditakutkan mengganggu perkembangan dan fungsi matanya.
Gunakan metode 20-20-20 saat anak harus melakukan aktivitas jarak dekat, seperti membaca dan belajar. Metode 20-20-20 dilakukan dengan mengalihkan pandangan sejauh 20 meter selama 20 detik dengan mengedipkan mata sebanyak 20 kali setelah melakukan aktivitas jarak pendek selama 20 menit. Metode ini dianggap mampu mencegah mata terlalu lelah, sehingga mengurangi risiko penyakit mata.
Menyembuhkan mata minus
Di era modern ini, mata minus bisa disembuhkan dengan berbagai cara, baik secara bedah maupun tidak. Penggunaan metode bedah laser LASIK adalah metode penghilangan mata minus paling populer. Hal ini dikarenakan prosedurnya mudah, waktu operasi singkat, serta minim efek samping. Sayangnya, metode ini hanya bisa dilakukan untuk orang berusia 18 tahun ke atas.
Bagaimana dengan anak-anak yang punya gangguan mata minus atau myopia? Andri mengatakan bahwa kini kondisi mata minus pada anak bisa ditekan, bahkan disembuhkan, dengan terapi lensa keras atau hard lens. Terapi ini dilakukan dengan penggunaan lensa keras di malam hari selama anak tertidur.
Lensa keras baru bisa didapat setelah mata anak di-scan secara menyeluruh. Lensa keras bekerja dengan membentuk ulang lapisan terluar retina untuk membantu fokus ulang mata terhadap objek. Andri mengatakan bahwa penggunaan lensa keras di malam hari telah mendapat persetujuan dari American Academy of Ophthalmology, sehingga dijamin aman selama dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Selain itu, kini juga sudah ada teknologi lensa kaca mata khusus untuk menahan kerusakan mata myopia. Dodi Rukminto Amd.RO, S.T., M.M., Managing Director PT HOYA Lens Indonesia, mengatakan bahwa sekarang sudah ada teknologi lensa kaca mata yang mampu mengurangi kelelahan mata, sehingga menekan proses kerusakan pada mata minus. “Jika dilihat lebih detail, lensa jenis ini memiliki pola seperti sarang lebah yang bisa membantu penglihatan mata,” kata Dodi. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)