BABY

5 Tradisi Pemberian Nama di Indonesia yang Unik dan Penuh Makna



Pemberian nama merupakan salah satu tradisi yang punya makna mendalam dan menjadi bagian dari berbagai kebudayaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Setiap suku di Indonesia memiliki cara dan filosofi tersendiri dalam memilih nama untuk anak, yang sering kali mencerminkan nilai-nilai budaya, harapan, atau doa bagi si empunya nama.

Hal ini menunjukkan tradisi pemberian nama menjadi sesuatu yang unik dan penuh makna bagi masyarakat Indonesia, yang tak hanya menunjukkan keanekaragaman budaya, tapi juga menggambarkan kedalaman filosofi hidup masyarakat.

Dari Sabang hingga Merauke, tradisi pemberian nama di Indonesia sangat beragam dan kaya akan simbolisme, Moms. Terlebih lagi, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk mengambil beberapa nama dari alam, sejarah, agama, bahkan tokoh.

Penasaran mengenai tradisi pemberian nama di Indonesia yang unik dan penuh makna? Simak informasi selengkapnya, berikut ini!

1. Tradisi pemberian nama adat Banjar

Salah satu suku yang memiliki tradisi pemberian nama unik adalah suku dari Kalimantan, yaitu suku Banjar. Dalam tradisi adat Banjar, proses pemberian nama ini disebut tasmiyah yang berarti pemberian nama pada seorang anak yang baru lahir.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi tasmiyah dalam adat istiadat atau tradisi Banjar lekat dengan agama Islam. Biasanya dalam prosesnya, tradisi ini diiringi dengan pengajian ayat suci Al-Qur'an dan disertai dengan ceramah agama.

Dalam prosesi pemberian nama dilaksanakan juga pemotongan rambut serta memercikkan air bunga dan pandan wangi, atau yang biasa disebut posisi tapung tawar.

2. Tradisi pemberian nama adat Indramayu

Indramayu memiliki proses tradisi pemberian nama yang disebut ngayun. Biasanya, tradisi ini dilakukan segera setelah sisa tali ari-ari bayi lepas.

Dalam penyelenggaraan tradisi ini, keluarga sang anak akan menyiapkan berbagai hidangan sederhana, seperti nasi tumpeng, opor, lauk-pauk sesaji yang diletakkan di bawah ayunan sang bayi.

Tokoh sesepuhlah yang akan memimpin jalannya tradisi ini. Uniknya, dalam tradisi ini orang tua anak harus menyiapkan lebih dari 1 nama yang nantinya akan dipilih untuk menjadi nama dari anaknya.

Kidungan Kasmaran pun dilantunkan untuk mengiringi proses pemberian nama ini. Sepanjang kidung dilantunkan, orang tua bayi disarankan meletakkan uang koin ke dalam wadah berisi air kembang. Setelah proses ngayun, biasanya akan berlangsung juga prosesi lain seperti prosesi memandikan bayi atau yang disebut ngedusi bayi.

3. Tradisi pemberian nama adat Jawa

Tak lepas dari istilah Asma kang Kinarya Japa yang berarti nama sebagai ungkapan doa dan harapan, menjadikan tradisi pemberian nama akrab dengan adat Jawa.

Masyarakat Jawa cenderung menggunakan filosofi adat untuk menentukan pemberian nama pada anak, misalnya nama diambil berdasarkan waktu lahir, urutan lahir, kondisi ketika lahir, mengikuti sosok yang diteladani, hingga menggunakan kata sifat dengan makna baik.

Jika memberi nama sesuai urutan lahir, terdapat panduan yang harus diikuti, seperti nama Eka, Eko, maupun Ika yang digunakan untuk anak pertama, lalu ada Dwi untuk anak kedua, Tri untuk anak ketiga, dan seterusnya.

4. Tradisi pemberian nama adat Batak Toba

Martutu Aek adalah salah satu tradisi pemberian nama di adat Batak pada seorang anak yang baru lahir. Tradisi ini sebenarnya menjadi tradisi dari agama Malim, yaitu agama tradisional masyarakat Batak Toba.

Martutu Aek merupakan tradisi ungkapan syukur kepada Tuhan Debata Mulajadi Nabolon. Selain itu, tradisi ini merupakan prosesi pembaptisan anak yang baru lahir, sebagai persiapan bagi anak untuk menjalankan hidupnya dengan baik di masa yang akan datang.

Tradisi ini biasanya melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar. Air akan digunakan untuk menyucikan jiwa anak yang dibaptis tersebut.

5. Tradisi pemberian nama adat Dayak

Dalam budaya Dayak, tradisi pemberian nama bayi atau anak disebut Nahunan. Upacara ini juga merupakan ungkapan syukur atas kondisi sehat ibu dan anak setelah proses kelahiran, serta kesempatan membalas jasa kepada orang yang telah membantu proses melahirkan.

Tradisi ini membutuhkan syarat di mana keluarga penyelenggara acara perlu menyiapkan hewan kurban (ayam atau babi), manik-manik, batang sawang, rotan, sesajen, abu perapian, patung, pasak, dan lain-lain.

Itulah berbagai tradisi pemberian nama dari daerah dan suku di Indonesia. Sudah sepatutnya tradisi tersebut diwarisi sebagai kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan untuk generasi mendatang. (M&B/Ayu/SW/Foto: Studioredcup/Freepik)