Kesehatan respirasi atau paru merupakan salah satu masalah utama yang menjadi perhatian di wilayah Asia Pasifik. Hal tersebut terjadi karena proses urbanisasi di wilayah ini terus meningkat, dari 33 persen pada 1990 menjadi 46 persen pada 2012. Seiring dengan peningkatan tersebut, kebiasaan merokok dan masalah polusi udara kendaraan maupun industri juga ikut meningkat dan menjadi perhatian di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Menurut Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, Sp.P(K), Ketua Kongres Asian Pacifics Society of Respirology 2014 di Bali, masalah kesehatan paru terbagi atas 2 bagian, penyakit infeksi paru dan penyakit paru non infeksi. “Infeksi paru terdiri atas infeksi saluran napas, pneumonia, tuberkolosis (TB), dan jamur paru. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus TB tertinggi, setelah Cina dan India. Sedangkan, penyakit paru non infeksi di antaranya asma, bronkitis, PPOK, gangguan pernapasan, hingga kanker paru,” ungkap Prof. Faisal pada temu media Rabu (5/11) lalu.
Peningkatan gaya hidup yang buruk di perkotaan tersebut menimbulkan adanya peningkatan kasus penyakit paru non infeksi, yang juga meningkat dari tahun ke tahun. PPOK sendiri merupakan pembunuh ketiga di dunia, sementara kanker paru merupakan pembunuh kanker nomor 1 di dunia. Prof. Faisal juga menambahkan, jumlah penderita baru kanker yang disebabkan karena rokok ini terus bertambah sejak 5 tahun lalu.
“Selain penyakit-penyakit tersebut, saat ini juga muncul penyakit paru baru, seperti influenza H1N1, H5N1, dan yang kemarin sempat ramai, MERS. Hal tersebut membuat kita perlu waspada dan mulai peduli dengan kesehatan paru,” tutup Prof. Faisal. (Aulia/DT/dok.freedigitalphotos)