Di Indonesia, kasus bayi besar banyak terjadi di daerah, karena keterbatasan fasilitas kesehatan atau kurangnya kesadaran para ibu hamil untuk memeriksakan diri. Pada 2009 lalu, seorang bayi di Medan dilahirkan dengan berat mencapai 8,7 kg melalui operasi Caesar. Namun, rekor dunia dipegang oleh bayi yang dilahirkan dengan berat 10,8 kg di Kanada pada 1879, yang meninggal dunia 11 jam setelah dilahirkan.
Untuk mencegah kelahiran bayi besar, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan secara rutin. Menurut dr. Anggia Melanie Lubis, Sp.OG., dari Bunda International Clinic, Jakarta, pemeriksaan umumnya dilakukan 1 bulan sekali, lalu 2 minggu sekali begitu memasuki usia kehamilan 28 minggu, dan seminggu sekali pada usia kehamilan 36 minggu.
“Dari pemeriksaan ini, pertambahan berat badan bayi bisa dideteksi melalui ultrasonography (USG), bayinya terlalu besar atau terlalu kecil. Jika terlalu besar, biasanya dokter menyarankan untuk diet, terutama karbohidrat, sambil terus dipantau,” ungkapnya.
Selain itu, saat hamil juga perlu dilakukan pemeriksaan darah, salah satunya adalah gula darah. Bagi ibu yang memiliki riwayat penyakit dibetes mellitus, pemeriksaan gula darah sebaiknya dilakukan di awal masa kehamilan. Semakin cepat diketahui, semakin dini upaya yang bisa dilakukan.
Selama hamil, Anda juga disarankan mengontrol kenaikan berat badan. Caranya adalah melakukan aktivitas dan olahraga agar kalori tidak menumpuk. Olahraga yang dapat Anda lakukan di antaranya senam hamil dan jalan pagi. Anda juga dapat mengonsumsi buah dan sayuran, terutama memasuki trimester ketiga. Hindari makanan cepat saji, junkfood, dan camilan yang mengandung banyak gula. (MN/Aulia/dok.M&B)