FAMILY & LIFESTYLE

Surat Dari Mama Untuk Razi



Sebelumnya maafkan Mama kalau Mama menulis surat ini sambil berlinang air mata....

Surat ini Mama tulis untuk kamu, Nak. Agar kamu tahu hati Mama, apa yang Mama rasakan. Biarlah kubacakan saja untukmu di saat kau sedang terlelap. Karena konon katanya saat sedang tertidur, alam bawah sadar manusia tetap bisa menangkap suara di sekitarnya dan tetap merespon meski dalam diam, dan tentu saja meskipun kau tidak sepenuhnya mengerti apa yang Mama bicarakan.

Nak, rasanya baru kemarin Mama menyusui kamu. Melihat bibirmu yang mungil bersusah payah mencari-cari sumber ASI, sampai akhirnya kau bisa menghisapnya kuat-kuat. Pagi, siang, malam tak henti-hentinya. Sampai sumber ASI itu kadang jadi lecet dan Mama meringis ketika di tengah malam kau terbangun dan kembali mengisapnya dengan kuat. Tapi Mama tidak menyerah, Mama berikan semuanya untuk kamu. Karena Mama tahu ASI bisa membuatmu tumbuh besar dan kelak otakmu menjadi cerdas.

Dan benar, kau semakin lama semakin besar, kau mulai jalan, mulai bicara, pun juga tertawa memerkan gigimu yang baru mulai tumbuh. Kau kadang suka jahil dan entah karena apa kau suka menggigit Si sumber ASI. Mama pun marah dan mengancam untuk tidak memberikanmu ASI lagi. Tapi tentu saja itu hanya omong kosong belaka. Tekad Mama sudah bulat untuk memberikanmu ASI sampai kamu 2 tahun, Nak.

Jujur terkadang Mama lelah menyusui. Mama ingin bebas, tak perlu harus repot menyusui di saat ada di tempat umum atau harus pulang dulu saat Mama sedang kerja hanya untuk menyusui kamu. Tapi begitu melihatmu, Mama tidak tega, Nak. Matamu itu, begitu polos, begitu suci, begitu meluruhkan semua keegoisan Mama.

Kamu tahu, saat menyusui kamu, itulah saat terindah dalam hidup Mama. Mama bisa mendekapmu seakan-akan tak ada seorang pun yang boleh memilikimu di dunia ini. Saat itu aku pun bisa bebas menciummu, karena kamu sudah terbius, dan tubuh kecilmu yang sudah sangat aktif tak bisa lagi berkutik. Itulah saat terindah dalam hidup Mama, Nak.

Tapi malam ini waktu terasa sangat cepat. Kamu sudah 2 tahun lebih. Sekarang saatnya Mama harus menyapihmu. Hati Mama saat ini berkecamuk, Nak. Mama senang bisa sukses menyusuimu sampai kamu 2 tahun. Tapi Mama juga sedih karena ini merupakan malam yang terakhir Mama bisa menyusuimu.

Bagaikan kekasih yang sedang patah hati, hati Mama lebih sedih daripada itu, Nak. Apalagi begitu Papamu melihat Mama menangis. Ia berkata, "Jangan nangis, Ma.... Razi, kan, sudah besar. Memang sudah saatnya disapih. Mama harus ingat nanti Razi akan terus tumbuh dewasa. Nanti suatu saat bisa saja menimba ilmu di luar negeri, terpisah dari kita. Dan nantinya dia akan menikah...."

Mendengar itu, air mata Mama seakan tak mau berhenti. Papa benar, akan ada banyak lagi fase dalam hidupmu yang harus Mama lalui. Dan Mama harus kuat, tidak boleh bersedih karena ini semua demi kebaikanmu, Nak. Maafkanlah Mama yang cengeng ini. Tangis Mama ini hanyalah seperti percik air di antara lautan kebahagiaan yang ada di hati Mama, karena Mama memilikimu.

I love you, Son..

With love,
Mama