Keretakan rumah tangga yang berujung perceraian selalu terasa menyedihkan bagi setiap pasangan yang mengalaminya. Namun tidak hanya menyisakan duka, studi terbaru mengungkapkan perceraian pun dapat berdampak buruk bagi kesehatan hingga menyebabkan kematian.
Dr David Sbarra dari University of Arizona, AS, menyebutkan, “Mengalami kesulitan tidur beberapa bulan setelah perpisahan memang hal yang biasa terjadi. Ini merupakan proses penyesuaian diri dan akan segera membaik. Kendati demikian, bila orang tersebut mengalami masalah tidur yang berkepanjangan, berarti secara potensial ia mengalami depresi ketika berusaha menjalani kehidupan yang baru, yang nantinya dapat berefek negatif terhadap kesehatannya.”
Studi dilakukan dengan menganalisis 138 orang yang sudah berpisah dengan pasangannya selama 16 minggu. Kualitas tidur mereka diteliti selama 7,5 bulan dan tekanan darah mereka diperiksa setiap saat. Hasilnya menunjukkan, bagi yang masih mengalami kesulitan tidur 10 minggu atau lebih pasca-perceraian, terdapat peningkatan pada tekanan darah mereka. Selain itu, studi sebelumnya (2013) pun menyebutkan perceraian dapat mengakibatkan kematian, penyalahgunaan zat-zat terlarang, depresi, serta menarik diri dari pergaulan.
Karenanya, pemimpin studi, Kendra Krietsh, menyarankan agar orang-orang yang bercerai dan mengalami masalah tidur dalam jangka waktu lama sebaiknya segera berkonsultasi pada ahlinya serta melakukan terapi. “Kita semua pasti pernah menghadapi masalah berat dalam kehidupan kita, baik itu perceraian atau yang lainnya, tetapi kita tetap harus menjaga kesehatan,” ujarnya seperti dikutip dari Dailymail. (Sagar/DT/Dok. Dailymail UK)