Ada banyak penyebab volume air ketuban tidak sesuai dengan jumlah idealnya. Jika air ketuban berkurang di trimester pertama, kemungkinan ada kelainan ginjal dan saluran pencernaan pada janin. Pencernaan menjadi sasaran utama karena sebenarnya air ketuban berasal dari air seni bayi yang kemudian akan ditelan dan dikeluarkan kembali oleh janin. Proses ini terus menerus berlangsung sehingga terjadi sirkulasi. Jika terjadi gangguan pencernaan yang menyebabkan janin tidak bisa menelan, otomatis akan memengaruhi jumlah air ketuban.
Jika di trimester satu air ketuban sedikit, mungkin terjadi amniotic band atau pertumbuhan bayi terhambat. “Misalnya, tangannya tidak bisa terbentuk sampai ke jari-jarinya hanya sampai ke sikunya karena adanya keterbatasan ruang. Jadi kekurangan air ketuban, paling sering berakibat menghambat pertumbuhan kaki dan tangan,” ungkap dr. Bayu Agus Widianto, Sp. O.G. dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Di trimester kedua, dokter dapat menghitung volume air ketuban yang normal. “Cara menghitung volume air ketuban adalah dengan membagi perut ibu menjadi 4 kuadran. Kita hitung tegak lurus ke lantai dengan Ultrasonography (USG). Kita tambahkan kuadran satu sampai empat. Jika panjangnya mencapai 10 cm, volume air ketuban tersebut baik. Jika volume air ketuban di bawah 5 cm, bisa dikatakan air ketuban kurang berat. Bisa juga menggunakan perhitungan single pocket, jika masih 2 cm artinya masih aman,” jelas Bayu.
Di trimester ketiga, air ketuban bisa sangat kurang jika ada gangguan di pembuluh darah tali pusat. Di masa-masa akhir kehamilan ini juga kurangnya air ketuban bisa menyebabkan gawat janin. Gawat janin bisa terjadi karena kontraksi di ruangan yang sempit akibat air ketuban yang sedikit ini, bayi bisa berada dalam posisi seperti terjepit oleh rahim.
Ketika terjadi gawat janin, warna air ketuban bisa berubah. “Jika janin sesak, terjadi relaksasi di dalam organ pembuangan air besar. Sehingga feses yang masih berwarna hijau keluar dan otomatis mengubah warna ketuban menjadi kehijauan. Jadi jika ketuban pecah di usia kehamilan 8 bulan dan air ketuban berwarna kehijauan, bisa dicurigai terjadi gawat janin,” jelas dr. Bayu.
Kurangnya air ketuban biasa terjadi karena ibu hamil kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Idealnya, Anda harus minum 2 liter air dalam sehari. Jika gangguan terjadi pada pembuluh darah tali pusat, bisa diperbaiki dengan menghilangkan hambatannya sehingga aliran darah dari ibu ke janin membaik.
Baca juga: Air Ketuban: Bank Air Ketuban (1)
(Siksta/DT/dok.MBUK)