Kesehatan gigi memang tidak lagi bisa disepelekan. Baru-baru ini Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi FKG UI dan Unilever menerbitkan sebuah hasil penelitian. Terungkap fakta bahwa anak yang sering sakit gigi cenderung lebih banyak absen sekolah, sehingga berdampak pada prestasi mereka. Penelitian tersebut juga dilakukan untuk mengetahui efek jangka panjang yang dialami anak-anak saat mengabaikan kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian yang melibatkan 984 anak dari 3 sekolah dasar di daerah Bekasi tersebut memperlihatkan fakta bahwa sebanyak 94 persen anak berusia 6-7 tahun mengalami sedikitnya 1 gigi berlubang pada gigi susu, dan 82 persen anak berusia 10-11 tahun memiliki 1 gigi berlubang pada gigi tetap mereka. Padahal, gigi berlubang jika dibiarkan dapat menyebabkan sakit gigi, terbukti dari hasil penelitian ini bahwa dari kedua kelompok anak usia tersebut yang memiliki gigi berlubang, hampir 5 persen dari mereka pernah mengalami sakit gigi.
“Gigi berlubang tidak hanya membuat anak mengalami rasa sakit, tetapi juga akan memengaruhi absen anak di sekolah. Terbukti, ketika kami amati lebih lanjut dalam 2 bulan sebelum dan sesudah penelitian, anak-anak yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka di usia 6-7 tahun, memperlihatkan kecenderungan lebih banyak tidak hadir ke sekolah dibanding anakk yang tidak memiliki gigi berlubang,” ungkap drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., Head of Professional Relationship Oral Care, PT. Unilever Indonesia dalam seminar media Rabu (25/02) lalu.
Dari semua fakta yang terungkap oleh tim peneliti, disimpulkan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik, terbukti berpengaruh pada ketidakhadiran anak di sekolah, yang juga dapat memengaruhi prestasi belajar anak. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan juga fakta bahwa penyakit gigi berpengaruh pada rasa percaya diri mereka yang menghambat pada prestasi akademis mereka.
“Diharapkan, orangtua juga perlu memperhatikan kesehatan gigi Si Kecil sedini mungkin. Bahkan, menginjak usia balita Si Kecil sudah bisa diperkenalkan dengan dokter gigi agar ia terbiasa dan tidak kaget. Orangtua biasanya mengajak anaknya ke dokter gigi bila sudah terjadi kerusakan gigi. Padahal, hal tersebut malah membuat anak trauma pada dokter gigi,” lanjut drg. Mirah. (Aulia/DT/dok.M&B)