FAMILY & LIFESTYLE

Tuberkulosis Masih Menjadi Momok di Dunia



Tuberkulosis dikenal sebagai pembunuh paling mematikan di seluruh dunia setelah HIV/AIDS. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), di antara 9 juta orang yang terserang penyakit ini, sebanyak 1,5 juta terpaksa harus meninggal.

Dunia medis sudah menemukan vaksin untuk melawan tuberkulosis yang diberikan kepada anak-anak, terutama di negara dengan jumlah penderita tuberkulosis tinggi, seperti Afghanistan, Bangladesh, Brazil, Cambodia, dan Pakistan. Dilansir melalui Huffington Post, baru-baru ini serangan tuberkulosis meningkat di benua Eropa. Kondisi semakin dipersulit karena para penderita tidak melakukan pengobatan sampai mereka sembuh total.

Kabar teranyar dari salah satu sekolah di Kansas, AS, yaitu Olathe Northwest High School, pada 18 Maret lalu sebanyak 27 orang dinyatakan positif mengalami tuberkulosis. Karena kejadian tersebut, 300 orang yang terdiri dari para murid dan staf pun diperiksa kemungkinan terserang tuberkulosis, karena 27 orang itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mengalami masalah tersebut.

“Tentu saja kami berharap tidak ada lagi yang mengalami tuberkulosis (TB), namun kemungkinan tersebut tetap ada. Itulah mengapa kami melakukan tes kepada semua orang yang melakukan kontak dengan para penderita TB,” ujar Lougene Marsh, pemimpin dari Johnson County Department of Health and Environment dalam press release.

Tuberkulosis merupakan infeksi dari bakteri patogen, Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang saluran pernapasan sehingga penderitanya akan mengalami batuk, muntah darah, sakit saat bernapas, kelelahan, demam, berat badan menurun, kerusakan organ, hingga kematian.

Tanpa pengobatan antibiotik yang benar, infeksi tuberkulosis dapat berubah menjadi penyakit tuberkulosis, yang dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut muncul dan menulari orang lain melalui udara, misalnya saat penderita batuk atau berbicara. (Sagar/DT/Dok. Huffington Post)