BUMP TO BIRTH

Hindari Pemberian Susu Formula pada Bayi saat Bencana



Meski bencana datang dan harus tinggal sementara di penampungan, pastikan agar kesehatan bayi tetap terjaga. Salah satunya dengan tetap memberikan ASI dan menghindari susu formula. Menurut pengamatan United Nations Children's Funds (UNICEF), sebagian besar bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki tingkat daya tahan tubuh yang rendah.

Sejak 2008, Kementerian Sosial telah mengontrol bantuan susu formula kepada korban bencana, namun sayangnya hingga saat ini masih ada saja yang tetap memberikan bantuan berupa susu formula tersebut. Menurut Nutrition Specialist UNICEF Indonesia, Sri Sukotjo, selama pengamatannya di lapangan bayi yang diberikan susu formula lebih mudah terserang diare serta buruknya sanitasi sehingga susu formula tidak layak diberikan pada bayi.

Jika terpaksa, terdapat berbagai kriteria agar jenis susu ini bisa diberikan dan hanya menjadi solusi terakhir. Pertama, harus melihat kondisi ibu apakah bisa melakukan laktasi atau dapat mendapatkan ASI dari orang lain. Kedua, harus memerhatikan apakah bayi dari awal mengonsumsi susu formula. Ketiga, susu formula harus diberikan langsung oleh tenaga kesehatan.

Selain mengenai larangan susu formula, hal penting yang perlu diperhatikan adalah mengenai pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA). Kerap disepelekan tersedianya dapur khusus untuk membuat makanan bayi dan anak padahal pada usia tersebut mereka harus diberikan makanan khusus.

PMBA pada saat bencana harus tetap sama dengan kondisi normal. Usia 0-6 bulan cukup ASI, 6-9 bulan makanan disaring, 9-12 bulan makanan dicincang, dan di atas 12 bulan diberikan makanan yang dimasak biasa atau makanan keluarga.

Wahana Visi Indonesia (WVI) di beberapa wilayah bencana di Jakarta telah memberikan perhatian ekstra terkait PMBA. Tahun lalu bersama dengan tenaga kesehatan, anggota WVI membentuk tim PMBA dan membekali mereka dengan informasi ASI, MPASI dan sanitasi agar selalu tanggap ketika bencana datang terutama di daerah Jakarta Utara. Tim PMBA ini bertugas untuk membuat dapur khusus anak-anak dan mengolah makanan untuk mereka. Meski menggunakan fasilitas yang cukup terbatas, namun sebagian besar bayi dan balita dapat mengonsumsi makanan sesuai dengan usia mereka.

Lebih lanjut, WVI berharap daerah-daerah lainnya dapat menerapkan hal yang sama. World Vision dan WVI juga telah menerbitkan buku panduan PMBA bagi masyarakat di Indonesia.

(Meiskhe/DT/dok.FreeDigitalPhotos)