Ingin menyekolahkan Si Kecil di sekolah dengan dwibahasa? Usia tepat seorang anak bisa sekolah dwibahasa adalah 3 tahun. Di usia tersebut seorang anak yang tidak mempunyai gangguan perkembangan berbahasa umumnya sudah fasih berbicara dalam bahasa sosial atau bahasa sehari-hari.
Pada prinsipnya seorang anak berbahasa dengan mendengar apa yang dibicarakan lingkungannya sehari-hari. Ketika ia telah memahami konsep berbahasa ibu dengan baik, akan lebih mudah baginya untuk belajar bahasa asing, termasuk bahasa Inggris.
“Dengan menguasai bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia, identitasnya sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang sehingga rasa nasionalisme tetap ada di dalam diri seorang anak. Bahasa Indonesia tetap harus dipelihara agar ketika ia bersosialisasi dengan lingkungan termasuk teman sebayanya di rumah ia akan dapat berkomunikasi dengan baik. Jika kemampuan bahasa Indonesianya kurang, saya merasa kasihan karena nanti saat bercakap-cakap dengan teman-temannya, Si Anak menjadi tidak mengerti,” papar psikolog Dra. Mayke Tedjasaputra, M.Si., dari Fakultas Psikologi UI.
Selain perbincangan yang tidak nyaman, Si Kecil yang telah mengenyam pendidikan dwibahasa sebelum ia menguasai bahasa ibu akan mengalami kebingungan dalam berbahasa. Apalagi bila di rumah, orangtua atau keluarganya menggunakan bahasa campuran yakni bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
“Bila seorang anak belum menguasai suatu konsep dalam sebuah bahasa dan ia sudah diberikan bahasa lain, saya menduga akan terjadi kebingungan dalam dirinya. Karena itulah sangat penting untuk memantapkan bahasa sosial dalam bahasa ibu. Seiring dengan bertambahnya usia anak barulah diperkenalkan bahasa akademis baik dalam bahasa ibu maupun bahasa asing yang akan dijumpainya dalam pendidikan sekolah,” lanjut Dra. Mayke.
Menurut Dra. Mayke sebenarnya sekolah dwibahasa ini bukan merupakan pilihan sekolah yang wajib diberikan pada Si Kecil. Tetapi bukan berarti Anda tidak diperkenankan untuk menyekolahkan Si Kecil di sekolah dwibahasa. Bahkan ia memberi saran bagi Anda yang berniat memilih sekolah dwibahasa.
“Sekolah dwibahasa yang baik seharusnya memberikan bahasa pengantar awal dalam bahasa Indonesia ketika ia baru saja masuk sekolah. Perlahan-lahan barulah Si Anak diperkenalkan bahasa asing namun bukan dalam sistem menghapal tetapi melalui permainan. Misalnya ketika bermain bola, si guru mengatakan bahwa bola itu adalah ball. Setiap hari materi yang disampaikan tetap menggunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia juga, jadi tidak hanya menggunakan bahasa Inggris,” imbuhnya. (LD/Sagar/DT/Dok. M&B)