Moms, saat ini tersedia 2 jenis baby walker yang beredar di pasaran yaitu sit-in baby walker (bayi duduk di dalam) dan push baby walker (bayi berdiri di belakang). Nah, jenis mana yang tepat untuk buah hati Anda?
Menurut dr. Rouli Nababan dari KiddieCare Center, Sunter, Jakarta, orangtua sebaiknya menghindari memberikan sit-in baby walker untuk bayi dan gunakan push baby walker. Alasannya, karena berbagai penelitian menunjukkan sit-in baby walker justru menghambat kemampuan berjalan. Tendensi untuk berjalan manual dikhawatirkan muncul terlambat dan bayi tidak segera mencapai keseimbangan berjalan.
Penggunakan sit-in baby walker justru akan menghalangi bayi atau anak untuk dapat melihat kakinya ketika berjalan. Pada bayi yang menggunakan sit-in baby walker, sering ditemukan berjalan berjinjit karena lebih banyak memakai otot-otot jari dibanding otot paha, dan tungkai tampak bengkok dibanding anak yang tidak memakai baby walker.
Dengan sit-in baby walker, bayi atau anak juga akan lebih cepat bergerak menjangkau apapun yang diinginkannya. Hal ini menyebabkan risiko cedera akan lebih sering terjadi, misalnya terkena furniture berpermukaan tajam atau malah terjatuh dari tangga.
Sementara push baby walker yang berupa mainan beroda yang dapat didorong, troli atau kursi anak dari plastik yang ringan yang dapat didorong-dorong, akan merangsang bayi cepat berjalan. Bayi akan mendorong-dorong push baby walker dan dalam waktu singkat, push baby walker akan dilepas dan buah hati Anda dapat berjalan sendiri.
Namun, yang terpenting, kata dr. Rouli, baby walker sebaiknya digunakan saat bayi sudah bisa duduk sendiri dan mulai berdiri.
(Meiskhe/DT/dok.MB)