Dijawab oleh Rosdiana Setyaningrum, M.Psi., M.HPEd.
T: Saya memerhatikan beberapa teman di media sosial mem-postingsesuatu tentang anak mereka. Suatu kali, saya menegur salah seorang teman karena memasukkan foto anaknya yang sedang mandi telanjang dari arah depan ke Facebook. Saya jelaskan bahwa itu salah.
Ia terkejut saya tegur, lalu sejak itu hubungan pertemanan kami 'memanas'. Puncaknya, ia 'membuang' saya dari daftar temannya. Padahal, saya menegurnya tidak di wall (depan umum), tetapi di pesan pribadi. Jadi, hanya saya dan dia yang tahu. Saya sedikit trauma, tetapi saya tidak bisa tinggal diam jika kelak, ada lagi orang yang melakukan hal yang sama terhadap anaknya. Bagaimana ya cara yang tepat untuk menegur mereka?
J: Saya bisa mengerti perasaan Anda yang kaget karena merasa melakukan hal yang benar, namun ditanggapi kurang baik oleh teman Anda. Niat Anda dan tindakan itu sebenarnya baik, lho. Orangtua memang sering menganggap pose anak yang sedang telanjang itu lucu dan menggemaskan. Mereka pun ingin membagikan kelucuan itu kepada teman-temannya. Di sisi lain, banyak orang dewasa yang memang menganggap bahwa foto-foto seperti itu lucu dan menggemaskan, sehingga mendapatkan banyak pujian.
Namun, orang sering lupa bahwa di media sosial, banyak orang yang dapat melihat isinya dan pada kenyataannya, banyak juga orang-orang yang berperilaku tidak normal atau berniat jahat di luar sana. Itulah sebabnya, mengapa media sosial membatasi usia untuk bergabung menjadi anggota, yaitu 18 tahun ke atas, dengan anggapan pemilik akun sudah dewasa dan mengerti 'aturan-aturan' di media sosial. Fakta lainnya adalah banyak kejahatan yang menyangkut anak-anak di luar sana dan media sosial memudahkan pelakunya untuk beraksi.
Saya amat menghargai ketulusan Anda saat ‘menegur’ teman tersebut. Hanya saja, yang harus Anda perhatikan adalah cara memberi masukan kepada orang lain. Kebanyakan orang tidak suka bila diberi masukan yang ‘to the point’ alias langsung. Anda harus melakukan pembukaan pembicaraan terlebih dulu, kemudian mengutarakan pendapat Anda (tanpa langsung mengatakan bahwa ia salah), dan kata-kata penutupnya.
Cara halus biasanya membuat seseorang mau memikirkan apa yang Anda katakan, tanpa merasa diserang. Saat merasa diserang, manusia memang cenderung membela diri. Bila Anda sudah melakukan itu semua dan Si Teman tetap marah, biarkan saja. Bisa jadi ia merasa malu dan membutuhkan waktu untuk berpikir. Bila ia mengontak lagi, langsung terima saja permintaannya tersebut. Jangan ragu untuk memberi masukan kepada teman Anda, saat ia merasa melakukan sebuah kesalahan dan tidak ingin mereka mengulanginya. Teman yang baik adalah teman yang siap mengatakan yang sebenarnya demi kebaikan mereka, bukan? (RS/Sagar/DC/Dok. M&B UK)