Dongeng merupakan salah satu media komunikasi yang bisa mendekatkan Anda dengan balita. Lalu, bagaimana menyampaikan bagian cerita yang menyeramkan pada dongeng tersebut? Octaviana Indrasari, Psi, BA (Hon), Msi., psikolog anak dari Universitas YARSI, Jakarta, mengemukakan bahwa umumnya dongeng untuk anak tidak melulu berisi cerita menyeramkan.
Tokoh-tokoh jahat seperti nenek sihir bermuka menakutkan, binatang besar yang siap melahap, atau manusia raksasa, biasa menghiasi cerita dongeng anak. Di satu sisi, Anda mungkin khawatir akan dampak cerita menyeramkan itu terhadap Si Kecil. Namun di sisi lain, ia mungkin sangat tertarik dan memohon diceritakan dongeng tersebut berulang-ulang. Menurut Dr. Lily Taylor, psikolog anak dari Kanada yang mengisi rubrik di www.goodreads.com, Anda bisa menyiasati agar Si Kecil tidak merasa takut saat mendengar cerita menyeramkan.
Dongengkan di Siang Hari
Jika Anda khawatir cerita dongeng sebelum tidur, terutama cerita yang agak menyeramkan, menjadi mimpi buruk bagi Si Kecil, cobalah mendongeng di siang hari. Dengan efek cahaya terang dari luar jendela, suasana rumah dan sekitarnya yang masih ramai, paling tidak Si Kecil tidak terbawa suasana menyeramkan seperti ketika di malam hari.
Peluk Si Kecil
Kehangatan pelukan Anda saat membacakan dongeng juga bisa menjadi cara ampuh untuk mengusir rasa takut. Apalagi, saat Anda mulai memasuki alur cerita yang menyeramkan. Dekap Si Kecil di dada Anda, sehingga ia merasa nyaman dan aman karena Anda ada di sisinya. Namun, Anda tetap harus menjelaskan bahwa perilaku jahat tersebut tidak diperbolehkan, agar ia juga percaya bahwa sosok jahat itu tidak disukai oleh banyak orang. Seusai membacakan dongeng, usahakan tetap bersama Si Kecil sampai ia tertidur. Jika ia belum bisa memejamkan mata, cobalah untuk meninabobokannya sampai tertidur. Setelah ia terlelap, Anda bisa beranjak meninggalkannya di kamar perlahan-lahan.
Baca juga: Moms, Ini Rekomendasi Dongeng Sebelum Tidur untuk Anak
Gunakan Suara, Bukan Mimik
Selain mengedukasi, dongeng juga berfungsi menghibur dan bukan meneror. Agar Si Kecil tidak merasa diteror melalui isi ceritanya, lebih baik Anda gunakan suara saja saat isi cerita terkesan menegangkan. Jangan pernah Anda mengeluarkan mimik wajah yang mengerikan saat bagian cerita tegang, karena Si Kecil akan merasa takut dan tertekan. Pusatkan alur cerita pada suara Anda bukan dengan mimik wajah, sebab suara tidak terlalu menimbulkan efek menyeramkan yang berlebihan."Meskipun efek suara akan sedikit mengagetkan, namun berdasarkan beberapa penelitian, membiarkan Si Kecil mengalami reaksi faal, seperti berkeringat, kaget, bahkan otot sedikit tegang, sangat baik untuk kesehatan emosionalnya," jelas Lily.
Membahas Ulang Cerita
Untuk mengusir rasa takut Si Kecil dari cerita sebelumnya, sebaiknya Anda membahas kembali dongeng tersebut bersamanya. Coba tanyakan kepada Si Kecil bagaimana kesannya terhadap dongeng tersebut, tokoh mana yang paling disukai, dan mengapa ia menyukainya. Anda juga kembali menjelaskan bahwa sifat jahat seperti yang ada di dongeng tadi tidak boleh diikuti. Dengan cara ini, Anda mungkin bisa mengusir rasa takutnya, sebab ia sudah memeroleh pemahaman dan nasihat melalui cerita Anda.
Lakukan Editing
Meskipun pada sebuah buku dongeng tertulis, "Dilarang keras menyalin atau mengubah total isi cerita buku ini", Anda tidak perlu takut untuk sedikit mengubah cerita. Pengubahan ini hanya di sekitar bagian cerita yang Anda nilai bisa membuat Si Kecil ketakutan. Pengubahan bisa dilakukan terhadap motif kejahatan yang sedikit lebih manusiawi dan dipahami olehnya. Misalnya, Anda bisa sedikit mengubah skenario pada adegan, "Saat manusia raksasa melahap anak-anak kecil yang ada di sekitarnya", menjadi, "Manusia raksasa mengejar anak-anak yang sedang bermain, tetapi mereka mampu menghindarinya". Dengan sedikit mengubah beberapa adegan cerita, Anda bisa merasa tenang karena Si Kecil tidak akan merasa terlalu ketakutan. Proses mendongeng pun bisa berjalan dengan lancar dan ia bisa memahami isi ceritanya. (IMR/Sagar/DC/Dok. M&B UK)