Dalam mengatur keuangan keluarga, Anda harus memiliki skala prioritas yang baik. Prioritas ini harus dibuat berdasarkan rencana dan tujuan keluarga, biasanya diurutkan dari yang utama sampai yang bersifat tambahan atau pelengkap saja. Supaya lebih cermat mengatur keuangan rumah tangga, simak siasat dari perencana keuangan, Mike Rini Sutikno, CFP, berikut ini:
Investasi dan (Sekadar) Belanja
Sebagai pengatur keuangan rumah tangga, Anda harus mempunyai panduan dalam membelanjakan uang. Paling baik, Anda mengeluarkan uang dengan tujuan berinvestasi. Untuk itu, Anda harus paham benar perbedaan antara investasi (investment) dan belanja (expense). Investasi adalah saat Anda berbelanja berdasarkan kebutuhan saat itu dan berguna pula untuk masa mendatang. Karenanya, sangat penting untuk terlebih dahulu menetapkan tujuan yang jelas dalam berbelanja.
Anda juga harus berbelanja sesuai anggaran. Sebagai ibu pekerja, fasilitas penunjang penampilan tentu penting untuk Anda. Namun, bukan berarti Anda boleh memborong semua pernik yang dilabeli potongan harga dengan tujuan investasi, padahal Anda tidak menyiapkan dana untuk keperluan tersebut.
Biasakan Menabung
Pada dasarnya, besar tabungan berbeda, tergantung kebiasaan setiap orang. Namun idealnya, Anda bisa menyisihkan 20-30 persen dari penghasilan untuk ditabung atau cukup 10 persen jika Anda baru memulai bekerja. Jika Anda termasuk gila belanja, belanjakan uang Anda pada aset yang dapat menunjang karier dan hidup Anda, misalnya perhiasan emas. Apabila penghasilan tidak besar, Anda bisa menabung dengan jumlah yang tidak memberatkan, yang penting ada uang yang disisihkan dan itu akan memupuk kebiasaan menabung.
Pentingnya Dana Darurat
Sebesar apa pun investasi yang ditanam, Anda harus tetapmemiliki dana darurat (cash reserve). Dengan kata lain, Anda perlu memiliki uang dalam bentuk tunai, tidak hanya dalam bentuk benda (rumah, emas, atau saham). Minimum uang kas yang harus Anda miliki untuk dana darurat adalah 6-12 kali dari penghasilan Anda.
Dana darurat ini yang akan menyelamatkan Anda saat terjadi hal-hal yang tidak terduga, seperti kecelakaan, bencana alam, atau pemutusan hubungan kerja. Dana darurat bisa Anda simpan dalam bentuk tabungan atau deposito dan dipisahkan dari tabungan Anda yang lain, termasuk tabungan pendidikan anak. Sebaiknya Anda tidak berinvestasi dulu sebelum mempunyai dana darurat yang cukup.
Berbagi dengan Suami
Bicarakan masalah pembagian ini dengan suami pada waktu yang tepat. Cobalah untuk melihat segala sesuatunya tidak hanya dari sudut pandang pribadi, karena yang penting untuk Anda belum tentu penting pula bagi suami. Jadi, Anda berdua perlu mendiskusikan bagian mana yang akan dibayar oleh siapa. Idealnya, Anda tidak bisa membebankan semua pembayaran pada satu pihak saja atau pada suami Anda saja. (SDS/Deonisia/DC/Dok. Freedigitalphotos/Radnatt)