Hasil penelitian yang dilakukan Elyce Cardonic, profesor di bidang ginekologi dan obstetri dari Cooper University Hospital mengungkapkan, 1 dari 1.000 wanita hamil didiagnosis mengidap kanker setiap tahunnya. Dan, berdasarkan studi di Swedia pada 2009, yang terbanyak dialami adalah kanker payudara, yakni 15 persen dari seluruh kasus kanker pada bumil.
Sementara itu, pengobatan seperti kemotrapi yang dibantu obat-obatan membuat para bumil sering kali terpaksa menggugurkan kandungannya. Walaupun ada saja bumil yang memilih menghentikan pengobatan kanker, demi perkembangan janin dalam kandungannya. Seperti yang dilakukan Stacie Crimm, wanita asal Olkahoma, Amerika Serikat. Ia sangat terkejut saat mengetahui dirinya terkena kanker akut, saat usia kandungannya menginjak usia 28 minggu. Stacie pun menolak kemotrapi dan obat-obatan lain untuk mengatasi kankernya. Hal itu membuatnya kehilangan nyawa dan melahirkan putrinya, Dottie May, dalam keadaan prematur.
Lain lagi cerita dari Lisa Peterson Bender, yang didiagnosis mengidap kanker payudara saat kehamilannya menginjak trimester kedua. Ia tetap melanjutkan kehamilan sambil melakukan pengobatan, serta kemotrapi. “Selain kemotrapi dan pengobatan, saya juga melakukan operasi pengangkatan kanker. Saya harus berjuang melawan kanker, agar Si Bayi bisa menatap wajah saya saat ia dilahirkan,” ungkap Lisa seperti dilansir www.oprah.com.
Dokter Douglas Yee, Direktur The Masonic Cancer Center di University of Minnesota mengatakan, kehamilan dengan kanker berisiko lebih besar dibanding kasus kanker biasa. Namun ia juga menyatakan, kehamilan dengan kanker kemungkinan besar bisa disembuhkan, bila terdeteksi sejak dini. Kasus Lisa Peterson merupakan kasus langka dan menjadi salah satu contoh keberhasilan dunia kedokteran dalam mengatasi kehamilan dengan kanker. (Gita/DC/Dok.Freedigitalphotos)