FAMILY & LIFESTYLE

Solusi Nyeri Berkelanjutan pada Pasien Kanker




Saat tubuh Anda terasa nyeri, mungkin Anda tidak menganggap hal itu serius ya, Moms. Nyeri ringan memang bisa hilang dengan istirahat atau obat ringan, tapi lain halnya dengan nyeri yang diderita oleh pasien kanker. Rasa nyeri yang mereka rasakan jauh lebih sakit, bahkan ada yang merasakannya 24 jam tanpa henti.

Menurut Prof. dr. Darto Satoto, SpAn(K), pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, rasa nyeri yang terus menerus ini kadang membuat pasien kanker merasa stres, sehingga berpengaruh pada kualitas hidup pasien.

“Ada pula pasien yang baru merasakan nyeri hanya di malam hari. Kemungkinan itu karena ia sendirian saat malam,” ujar Prof. Darto pada Rabu (7/12), saat media visit di Klinik Nyeri dan Tulang Belakang di Jakarta.

Sayangnya, pengobatan terhadap rasa nyeri belum berkembang. Sebuah survei pada tahun 2003 menunjukkan bahwa manajemen rasa nyeri tidak berkembang selama 10 tahun terakhir, padahal pasien yang merasakan nyeri ekstrim terus bertambah. Untungnya, saat ini makin banyak pihak yang mulai fokus terhadap pengobatan rasa nyeri pasien kanker.

World Health Organization (WHO) juga sudah mengeluarkan panduan mengenai hal ini, di mana pasien yang merasakan nyeri ringan hingga sedang diobati menggunakan obat-obatan antiinflamasi non steroid. Sementara itu, pasien yang meraskaan nyeri sedang hingga berat diberikan obat dari golongan narkotik, seperti morfin dan kodein.

"Untuk pasien advance, atau sudah memasuki stadium 3–4, pasien dapat melakukan terapi intervensi untuk mengurangi rasa nyeri,” jelas Profesor Darto. Terapi intervensi ada beberapa macam, salah satunya adalah dengan penyuntikan atau pemasangan infus berisi obat anestesi lokal untuk meredakan nyeri, dengan atau tanpa steroid. Cara lain adalah dengan memasukkan obat tersebut lewat kateter yang sudah dipasang sebelumnya. Obat akan diberikan secara berkala untuk mengurangi nyeri sampai pasien meninggal atau sembuh.

“Ada salah satu pasien yang sudah dipasang kateter dan diberikan morfin secara berkala. Setelah sembuh dan ia tidak merasa nyeri lagi, kateter bisa diambil,” tutup Profesor Darto. (Nadia/TW/Dok. Pixabay.com)