Moms, setiap 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day). Setiap tahun, angka kejadian atau penderita penyakit lupus semakin meningkat. Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusomo, Jakarta, menunjukkan bahwa pada 2015 sudah mencapai hampir 5 ribu pasien lupus yang ditangani di rumah sakit ini. "Mirisnya lagi, lupus banyak dialami oleh perempuan di usia produktif. Rata-rata pasien penyakit lupus relatif masih muda yaitu sekitar usia 20 tahunan," papar dr. Bambang Setyohadi, SpPD-KR dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Apa itu lupus? Lupus adalah salah satu penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya menyerang kuman serta zat asing, malah mengalami kelainan sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri. Penyakit ini ditandai adanya produksi antibodi terhadap tubuh sendiri secara berlebih sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan tubuh.
Lupus yang dalam bahasa medis disebut Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) ini dapat terjadi pada beragam organ tubuh, di antaranya kulit, persendian, ginjal, bahkan otak dan organ lainnya.
Belum Pasti Penyebabnya
Kendalanya, hingga saat ini faktor pemicu penyakit lupus belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai riset menunjukkan adanya pengaruh faktor genetik, hormon, infeksi, termasuk virus dan juga obat-obatan tertentu. Kombinasi faktor tersebut yang diyakini menjadi penyebab terjadinya lupus. Selain itu, paparan sinar ultra violet juga diduga dapat mencetuskan bahkan memperberat penyakit lupus.
Gejala Lupus Tak Khas
Lupus tak menunjukkan gejala yang khas, namun gejalanya bisa beragam sesuai dengan organ tubuh yang diserangnya. Alhasil, tak mudah untuk mendeteksi penyakit lupus. Bahkan, terkadang terjadi kekeliruan diagnosis dan dinilai sebagai gejala penyakit lain. Yang jelas, penyakit ini bisa menyerang organ tubuh mana saja dan dapat berbahaya jika dibiarkan. Karena itu, dokter harus menganalisis dengan teliti kondisi pasien serta mengevaluasi apakah gejala yang muncul ini termasuk penyakit lupus atau bukan.
Karena tak ada gejala yang khas, kita mesti curiga bila misalnya tubuh merasa lelah, nyeri sendi di pagi hari, rambut rontok, atau sariawan yang tak kunjung sembuh. Sebaiknya segera periksa ke dokter untuk diketahui lebih lanjut. Seperti sudah disinggung, bila tak segera diantisipasi bisa berbahaya. Misal, bila yang terkena lupus adalah ginjal, dampaknya bisa menyebabkan kematian.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh tentang lupus, tentunya perlu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar muncul kesadaran mengenai penyakit ini. Soalnya, lupus bisa menyerang siapa saja tanpa ada gejala yang signifikan.
Bahayakah Bila Hamil?
Lalu, bagaimana bila seorang wanita yang mengalami lupus merencanakan kehamilan? Sebenarnya penyakit ini bukan penghalang bagi perempuan untuk bisa hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Tentunya harus tetap memerhatikan saran dan berada di bawah pengawasan dokter. Soalnya, bila dibiarkan bisa menyebabkan penyakit ini makin aktif dan menimbulkan risiko yang membahayakan.
Salah satu saran untuk wanita dengan lupus dan ingin hamil, yaitu sebaiknya membatasi konsumsi obat-obatan. Selain itu, dokter menyarankan agar tidak terkena sinar matahari langsung. Kenapa? Karena sinar ultra violet dapat mengaktifkan penyakit lupus ini. (Hilman/Dok. M&B UK)